Mohon tunggu...
Dulles Simanjuntak
Dulles Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang tenaga pendidik yang terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3

28 Juli 2024   22:48 Diperbarui: 28 Juli 2024   23:02 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN

Menggunakan Model Papan Cerita Reflektif-Reflektif Storyboard

Gambar 1

Penjelasan

Pada kegiatan kali ini dengan Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu mengidentifikasi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dirinya terkait coaching di konteks pendidikan. Pada kegiatan kali saya menjawab pertanyaan yang tersedia dan menuliskannya di 'Kompasiana". Saya menyadari dalam kegiatan ini bahwa kegiatan supervisi yang konstruktid dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk pertumbuhan saya sebagai pendidik dan mendapatkan umpan balik yang jelas dan mendukung merupakan kunci untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran yang akan selalu saya lakukan. 

Gambar 2

LMS PGP Angkatan 10
LMS PGP Angkatan 10

Penjelasan

Pada tahap ke-2 pada alur Merdeka yaitu Eksplorasi Konsep. Pada tahap Eksplorasi Konsep ini saya mempelajari konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam konteks pendidikan, paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching, supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching dan terakhir melakukan diskusi eksplorasi konsep bersama dengan rekan-rekan calon guru penggerak angkatan 10 Kabupaten Nias.

Setelah melakukan eksplorasi konsep coaching secara umum dan dalam konteks pendidikan diatas, saya menyadari bahwa coaching adalah pendekatan yang sangat berbeda dan unik dibandingkan dengan metode pengembangan diri lainnya seperti mentoring, konseling, fasilitasi, dan training. Coaching fokus pada potensi masa depan dan bagaimana mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dengan mendorong refleksi dan pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri. Dalam konteks pendidikan, coaching membantu guru dan siswa mengidentifikasi dan mengembangkan kompetensi yang diperlukan, serta mendorong proses reflektif yang dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Paradigma berpikir coaching yang melihat klien sebagai ahli dalam kehidupan mereka sendiri dan fokus pada potensi klien, serta prinsip-prinsip coaching yang non-directive dan reflektif, memberikan dasar yang kuat untuk supervisi akademik yang efektif. Coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi memiliki peran yang berbeda dalam memberdayakan rekan sejawat, dan memahami perbedaan ini sangat penting untuk mengembangkan strategi pengembangan profesional yang komprehensif. 

Gambar 3

Dulles Simanjuntak
Dulles Simanjuntak

Penjelasan

Pada langkah ke-3 alur merdeka yaitu ruang kolaborasi-sesi latihan. Adapun tujuan pembelajaran pada pertemuan ini dimana CGP apat membentuk komunitas praktisi dengan sesama CGP untuk berlatih melakukan praktik percakapan coaching dengan alur TIRTA. Pada sesi ini kami bekerjasama dengan satu rekan CGP Kabupaten Nias untuk berlatih percakapan coaching dengan alur TIRTA dengan bergantian, topik yang kami bahas situasi sehari-hari baik sebagai guru maupun pribadi dan setelah mempraktikkan  percakapan coaching kami memberik refleksi masing-masing dengan format refleksi yang telah disediakan. 

Gambar 4

Dulles Simanjuntak
Dulles Simanjuntak

Penjelasan

Setelah melakukan sesi latihan percakapan coaching dengan alur TIRTA bersama rekan Calon Guru Penggerak (CGP) lainnya, saya merasa lebih percaya diri dalam mempraktikkan keterampilan coaching. Kegiatan ini memberikan kesempatan yang berharga untuk mengamati dan mengalami langsung bagaimana proses coaching berjalan, baik sebagai coach maupun sebagai coachee. Saya menyadari pentingnya mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot, dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Berlatih dengan topik-topik sehari-hari membantu saya memahami bagaimana coaching dapat diterapkan dalam berbagai situasi, baik dalam konteks profesional sebagai guru maupun dalam kehidupan pribadi. Proses bergantian peran juga meningkatkan pemahaman saya tentang dinamika coaching dan bagaimana setiap langkah dalam alur TIRTA dapat membantu dalam memecahkan masalah dan mencapai tujuan. Kegiatan ini juga memperkuat komitmen saya untuk terus mengembangkan keterampilan coaching dan memberikan dukungan yang efektif kepada rekan sejawat. 

Gambar 5

Dulles Simanjuntak
Dulles Simanjuntak

Penjelasan

Pada ruang kolaborasi modul 2.3-sesi praktik bertujuan CGP dapat mempraktikkan alur percakapan coaching TIRTA dan melakukan refleksi terhadap praktik percakapan coaching yang telah dilakukan dengan sesama rekan CGP. Setelah kami berlatih denganr rekan CGP kami mempraktikkan perckapan coaching dan memberikan refleksi mengenai praktik percakapan coaching yang telah kami lakukn di dalam kelompok bersama Bapak Fasilitator Alamria Pramana. Pada praktik percakapan coaching ini kami di amati oleh teman sesama CGP mempraktikkan percakapan coaching dan memberikan refleksinya masing-masing. Rekan CGP lain dan Bapak Fasilitator memberikan umpan balik berdasarkan data dan refleksi mengenai praktik CGP tersebut. Praktik ini juga di nilai oleh fasilitator dengan menggunakan rubrik penilaian yang tersedia. 

Gambar 6

Dulles Simanjuntak
Dulles Simanjuntak

Penjelasan

Setelah melakukan latihan percakapan coaching dengan rekan CGP, saya merasa lebih percaya diri dalam mempraktikkan keterampilan coaching. Saya menyadari pentingnya mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot, dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Melalui pengamatan dan refleksi dari rekan CGP lainnya, saya mendapatkan insigth yang berharga tentang bagaimana meningkatkan keterampilan coaching saya. Umpan balik mereka membantu saya memahami aspek-aspek yang perlu ditingkatkan. Penilaian dan umpan balik dari Bapak Fasilitator Alamria Pramana berdasarkan rubrik penilaian yang tersedia memberikan arahan yang jelas tentang kemajuan saya dalam mempraktikkan percakapan coaching. Ini membantu saya untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan saya. 

Gambar 7

Dulles Simanjuntak
Dulles Simanjuntak
Penjelasan

 Pada kegiatan Elaborasi Pemahaman dengan tujuan pembelajaran CGP dapat mengelaborasi pemahamannya tentang coaching melalui proses tanya jawab dan diskusi. Pada fase ini kami berdiskusi untuk mengelaborasi pemahaman kami bersama dengan instruktur secara tatap maya mengenai konsep coaching dalam konteks pendidikan khususnya pada ranah supervisi akademik. Sebelum mengadakan sesi elaborasi pemahaman kami menuliskan hal-hal yang ining ditanyakan terkait konsep coaching dalam modul ini, yaitu konsep coaching dalam konteks pendidikan, prinsip dan paradigma berpikir coaching sebagai, keterampilan dasar coaching, Coaching dengan alur TIRTA dan supervisi akademik yang menggunakan paradigma berpikir coaching.

Diskusi ini sangat bermanfaat karena memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dan memahami lebih dalam tentang coaching dan bagaimana menerapkannya dalam praktik pendidikan. Kami mendapatkan pencerahan dan pemahaman yang berharga dari instruktur dan rekan sejawat, yang membantu memperkaya pemahaman kami dan memberikan perspektif baru tentang bagaimana coaching dapat membantu dalam proses pengajaran dan pembelajaran. 

Gambar 8

Dulles Simanjuntak
Dulles Simanjuntak

Penjelasan

Pada sesi Demonstrasi Kontekstual, tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu CGP dapat melakukan praktik coaching dengan CGP lain untuk membantu mengembangkan area kompetensi coaching pada konteks pembelajaran atau keseharian CGP. Pada sesi ini kami berlatih mempraktikkan percakapan coaching secara triad (3 orang) yang terdiri dari 3 (tiga) siklus. Praktik percakapan ini menggunakan alur supervisi akademik untuk pengembangan kompetensi coaching. Tujuan dari praktik ini adalah untuk melihat, bagaimana kami sesama CGP bisa mengembangkan kompetensi coachingnya ketika menjadi coach. Pada sesi ini saya bersama rekan CGP yakni Ibu Asnidar Lombu dan Pak Dwi Hartoni melakukan percakapan pra supervisi, melakukan supervisi dan pasca supervisi dengan mengikuti tahapan 1 sampai dengan tahapan 3 dan dari siklus 1 sampai dengan siklus 3. Pada kegiatan ini terpaksa kami lakukan secara daring karena mengingat lokasi wilayah kami bertiga yang sangat jauh dan sulitnya mengatur waktu pada sore hari setelah pulang sekolah. Namun, pelaksanaan daring tidak menjadi penghalang buat kami untuk mempraktikkan coaching secara triad. 

Gambar 9

Dulles Simanjuntak
Dulles Simanjuntak

Penjelasan

Pada koneksi antarmateri ini bertujuan CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media. Pada kegiatan ini kami meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di paket modul 2 pembelajaran yang berpihak pada murid dan membuat sebuah koneksi antarmateri belajar yang sudah kami lakukan. Kegiatan ini mengukur 3 aspek yaitu pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar, analisis untuk implementasi dalam konteks CGP dan membuat keterhubungan dengan pengalaman masa lalu, penerapan di masa mendatang, konsep prakik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari, dan informasi yang didapat dari orang atau sumber lain diluar bahan ajar PGP.

Kegiatan ini sangat bermanfaat karena membantu saya untuk menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh, serta membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2. Saya dapat melihat bagaimana konsep-konsep yang telah saya pelajari dapat diterapkan dalam praktik sehari-hari sebagai guru, dan bagaimana pengalaman masa lalu serta informasi dari sumber lain dapat memperkaya pemahaman saya. Keseluruhan proses ini membantu saya untuk lebih memahami bagaimana menjadi guru yang efektif dan memberdayakan murid. 

Gambar 10

Dulles Simanjuntak
Dulles Simanjuntak

Penjelasan

Pada sesi terakhir pada modul ini tujuan pembelajarannya yaitu Calon Guru Penggerak mempraktikkan  rangkaian supervisi akademik dalam pembelajaran dengan menggunakan paradigma berpikir coaching dan melakukan refleksi terhadap praktik supervisi akademik tersebut. Pada tahap ini saya melakukan rangkaian supervisi klinis dan percakapannya dengan paradigma berpikir coaching secara langsung dengan rekan sejawat. Rangkaian supervisi klinis ini terdiri dari kegiatan perencanaan sebelum observasi (pra-observasi), observasi dan pasca observasi berupa praktik percakapan coaching yang memberdayakan.

Saya melakukan panduan aksi nyata seperti yang ada pada LMS. Saya melalukan praktik baik dengan salah rekan sejawat yang ada di sekolah saya SMPN 3 Mau yaitu bapak Albert Gulo Guru Bahasa Inggris. Pada kegiatan awal kami melakukan pra observasi berupa percakapan mengenai bagian dari pembelajaran yang  manjadi fokus pengembangan.  Berikutnya saya melukan observasi pembelajaran di kelas dengan rekan sejawat dan caya  membuat catatan lembar observasi dan pada tahap terakhir kami melakukan sesi percakapan pasca observasi. Kegiatan ini saya unggah di akun YouTube saya dan berbagi praktik baik pada PMM. Keseluruhan proses ini sangat bermanfaat karena membantu saya memahami bagaimana menerapkan paradigma coaching dalam supervisi akademik dan bagaimana memberikan umpan balik yang konstruktif kepada rekan sejawat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun