Mohon tunggu...
Duke Fajar
Duke Fajar Mohon Tunggu... -

Male, Indonesian. Jakarta. Other blog: http://duke-fajar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bosan Berita Bank Century

13 Januari 2010   18:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:28 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini setiap saya membaca koran, menyalakan televisi dan membuka situs berita, pasti saja headline-nya tidak jauh dari kasus Bank Century. Saya sebenarnya tidak mengenal bank ini, mungkin cuma bank kecil yang jumlah nasabahnya tidak seberapa sehingga mendengar namanya pun baru sekarang, atau mungkin juga saya yang kurang gaul, jadi nggak ngeh.

Tapi semenjak beritanya setiap hari memenuhi layar TV dan surat kabar, mau tidak mau saya seperti dicekoki oleh berita-berita Bank Century ini, apalagi setelah kasusnya terkait dengan orang-orang penting di RI. Sebut saja: Bibit S. Riyanto , Chandra M. Hamzah, Susno Duadji bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wapres Boediono.

Kenapa sih orang ribut-ribut soal uang Rp 6,7 trilyun ini? Toh mereka tidak dirugikan secara langsung, tidak serupiahpun uang mereka dipakai untuk dana talangan BI itu. Ternyata yang dipermasalahkan adalah prosedur penggelontoran dana sebesar itu yang urgensinya masih dipertanyakan hingga sekarang.

Para pejabat pengambil keputusan boleh saja mengemukakan argumentasinya masing-masing, para anggota parlemen boleh saja menyelidiki dugaan penyalahgunaan wewenang oleh eksekutif, yang jelas Robert Tantular harus bertanggung jawab atas segala kejahatannya merampok bank miliknya sendiri dengan akal bulusnya.

Pemerintah, wakil rakyat dan penegak hukum harus bisa memandang persoalan ini dengan jernih, jangan sampai dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dan bagi Robert Tantular beserta konco-konconya yang terlibat sebaiknya segera mengembalikan uang jarahannya sebelum rakyat marah dan menjarah balik. Uang Rp 6,7 trilyun itu sepertinya lebih dari cukup untuk membangun sebuah penjara VVIP bagi para koruptor di Nusakambangan dengan fasilitas bintang lima seperti yang dimiliki Artalyta Suryani..

Tapi kalau dipikir-pikir.. Jika penjaranya super lux ala hotel bintang lima begitu.. Bisa-bisa para napi koruptornya tidak akan merasa sedang dipenjara di Pulau Nusakambangan, malah merasa seperti sedang berlibur di Pulau Bali.. Capek deh.. Mendingan para koruptor yang merugikan negara diatas Rp 1 M dieksekusi aja deh seperti di RRC.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun