Pemerintah tidak bisa mengelak dengan alasan apapun, karena merekalah pemilik kekuasaan mengelola anggaran negara untuk memenuhi hak kesehatan dan pendidikan. Jika kemudian muncul gerakan sosial yang berusaha menyelamatkan anak-anak Indonesia dari ancaman stunting, itu pertanda bahwa pemerintahan ini sudah gagal memikul tanggung jawab negara dalam urusan kesehatan rakyatnya.
Gerakan Emas sudah berjalan sejak 2009. Sebelumnya bernama Revolusi Putih. Dua hari lalu muncul berita tentang adanya gerakan tandingan dari pasangan calon presiden. Bukankah mereka sebernya adalah representasi pemerintah yang sedang berkuasa? Mereka menyebutnya sebagai Gerakan Manusia Unggul. Mereka bilang gerakan itu tidak hanya menyangkut kesehatan, melainkan juga pendidikan.
Susah dinalar, kenapa kok pemerintah yang bermetamorfosis jadi pasangan Capres-Cawapres dan timnya bikin tandingan? Bukankah mereka yang seharusnya punya inisiatif sejak awal? Bukankah kekuasaan negara yang diberikan oleh rakyat dan dari rakyat rakyat kepada mereka untuk memenuhi hak kesehatan dan pendidikan rakyatnya? Jika dengan kekuasaan dan anggaran demikian besar mereka sudah gagal melakukan pencegahan terhadap stunting, apalagi membuat tandingan gerakan masyarakat? Jangan-jangan mereka itu adalah para pengidap stunting, tampak dari ketidaksanggupannya berpikir kreatif dan tak punya cukup inisiatif.***
Tentang kubu pemerintah membuat gerakan tandingan, beritanya bisa dibaca di sini:Â news.detik.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H