Mohon tunggu...
Duhita Dundewi
Duhita Dundewi Mohon Tunggu... -

nothing special

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bahas Modal Manusia 900 Miliar Rupiah, 1 dari 3 Bayi Stunting

17 Oktober 2018   01:41 Diperbarui: 17 Oktober 2018   01:44 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita hadapi dengan ringan hati saja, bahwa Pertemuan Tahunan Bank Dunia -- IMF di Nusa Dua, Bali, 8 -- 14 Oktober 2018 itu menghabiskan uang 900 miliar rupiah. Ada 36.339 peserta dari 189 negara hadir di sana. 

Seluruh gubernur bank sentral dan menteri keuangan anggota IMF -- Bank Dunia adalah key persons yang membahas isu-isu penting pembangunan dunia. Pariwisata terdongkrak, citra Indonesia melambung, penyelenggaraannya sukses, demikian penjelasan pemerintah.

Ada sekitar 14.000 bayi lahir setiap hari di Indonesia, sepertiganya dibayang-bayangi ancaman stunting, 9 juta balita sudah positif stunting. Jumlah itu adalah 35 persen dari total populasi balita. Ini fakta, seperti fakta kemiskinan di Indonesia yang katanya menurun, tapi bukan lantaran orang-orang miskin itu jadi sejahtera, melainkan garis kemiskinan di Indonesia yang diturunkan lebih rendah dari 1,9 dolas AS per hari per orang, sebagaimana ketetapan Bank Dunia. 

Orang Indonesia diisebut miskin jika biaya hidupnya Rp 401.220/kapita/bulan. Dihitung per hari sama dengan 13.374 rupiah atau kurang dari satu dolar AS. Stunting merebak karena kemiskinan.

Padahal pertemuan tahunan Bank Dunia -- IMF itu membahas masalah indeks modal manusia (HCI: Human Capital Index). Menurut Bank Dunia, modal manusia adalah akumulasi pengetahuan, keterampilan, dan kesehatan sepanjang hidup manusia, yang memungkinkan mereka menyadari potensi mereka sebagai anggota masyarakat yang produktif. Untuk itu, dibutuhkan investasi pada manusia melalui nutrisi, perawatan kesehatan, pendidikan berkualitas, pekerjaan dan keterampilan.

Untuk mengetahui modal manusia di setiap negara, Bank Dunia sudah menggelar Human Capital Project (HCP) sepanjang tahun 2018. Setelah itu dilakukan pemeringkatan. Hasilnya, Indonesia berada diperingkat ke-87 dari 157 negara. Posisi Indonesia lebih buruk ketimbang lima negara ASEAN lainnya. Singapura peringkat 1, Vietnam 48, Malaysia 57, Thailand 68, Filipina 82. Indonesia hanya lebih tinggi dari Kamboja (99), dan Myanmar (107).

Dunia tahu Indonesia berada dalam ancaman stunting yang sangat akut. Bank Dunia sudah menyetujui pinjaman besar untuk nutrisi yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia sejak Juni 2018. Jumlahnya tidak main-main, yaitu 400 juta dolar AS. Tapi masyarakat Indonesia kebanyakan masih buta (atau sengaja dibutakan?) akan bahaya besar stunting ini.

Bank Dunia sendiri yang mengeluarkan rilisnya, bahwa pinjaman sebesar 400 miliar dolar AS itu adalah untuk Nutrition and Early Years Program, dalam rangka mengurangi bahaya stunting dengan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan bagi ibu hamil dan anak-anak di bawah usia 2 tahun, dari kesehatan sampai masalah pendidikan dan kebersihan. 

Pinjaman ini, katanya, untuk tujuan khusus, sebagai dukungan terhadap Strategi Nasional di Indonesia dengan biaya sebesar 14,6 miliar dolar AS, untuk mempercepat usaha pencegahan stunting, yang akan menjangkau 48 juta ibu hamil dan anak-anak di bawah usia 2 tahun dalam empat tahun ke depan.

Pertanyaan besarnya, kenapa masyarakat Indonesia sedikit sekali yang tahu soal stunting ini? Tentang gizi buruk yang melanda banyak keluarga miskin? Tentang satu dari tiga bayi terkena stunting? Yang menjadikan modal manusia Indonesia ini hampir separuhnya tidak berkualitas? 

Drop out di usia sekolah, tidak bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi, tidak siap beradaptasi dengan perkembangan sains dan teknologi, kalah dalam persaingan, paling banter jadi tenaga kerja kasar, lalu mengidap banyak penyakit yang tidak bisa disembuhkan pada usia dewasanya. 

Besarnya jumlah orang miskin yang berobat di Indonesia tidaklah main-main. Negara sudah terbukti tidak sanggup menanggungnya. BPJS, asuransi kesehatan dari pemerintah itu, menanggung hutang sampai 7 triliun rupiah ke rumah sakit.

Stunting adalah urusan 1.000 hari pertama manusia, tapi dampaknya seumur hidup, melibatkan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Jika ibunya tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai, bayinya terancam stunting. 

Seribu hari pertama si bayi tidak mendapatkan kecukupan gizi, juga bakal stunting. Bayi stunting tidak optimal perkembangan otaknya, di usia dewasa mereka rentan terhadap segala macam penyakit. 

Pemerintah kelihatannya tidak merasa perlu untuk memberitahukan kepada masyarakat seluas-luasnya, tapi mereka begitu gesit menjadikan masalah stunting ini sebagai bahan proposal untuk mendapatkan pinjaman dari Bank Dunia. Pinjaman sudah disetujui dan dicairkan, tapi tetap saja 1 dari 3 bayi Indonesia menderita stunting. Lalu, apa artinya Pertemuan IMF -- Bank Dunia di Bali yang menghabiskan uang 900 miliar rupaih itu?

Rilis Bank Dunia bisa dilihat di sini: worldbank.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun