Mereka sengaja membiarkan dugaan publik membesar dan berkembang ke berbagai arah, dengan harapan, dalam debat terbuka Edy bisa memperlihatkan fakta sebaliknya, yaitu bahwa dirinya sehat. Ini bakal jadi punchline yang kuat untuk menutupi inkompetensi Edy -- Ijeck dalam soal-soal pemerintahan dan pembangunan daerah.
Jika itu benar bagian dari taktik dan strategi komunikasi tim pemenangan Edy Rahmayadi, berarti pasangan Eramas sedang meggeser fokus perhatian publik dari soal-soal pokok Pilkada ke soal-soal yang jauh dari urusan memilih pemimpin yang bisa menangani masalah-masalah pemerintahan dan pembangunan di Sumut.Â
Eramas akan kembali melontarkan isu-isu sentimental, jauh dari substansial, yang bisa membahayakan demokrasi di Sumut. Jika pemilih Sumut akhirnya tetap juga memilih Edy -- Ijeck, maka kompetensi sudah terpenggal demi sentimen-sentimen. Pemerintahan dan pembangunan Sumut bakal jadi tumbal.
Saya sendiri berharap, dari debat ketiga nanti, publik Sumut bisa lebih akurat menilai kompetensi, bukan melulu konstituensi, mendapatkan argumen, bukan sentimen, dalam menentukan pilihan pasangan gubernur dan calon gubernur Sumut 2018 -- 2013. Karena yang dipertaruhkan dalam Pilkada Sumut 2018 adalah sekitar 14 juta warga Sumut, yang pernah kecewa karena korupsi di Pemprov Sumut, namun tidak kehilangan harapan bisa mendapatkan pemimpin terbaik di Sumut.
Mari kita simak debat Eramas -- Djoss!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H