Mohon tunggu...
Bali Page
Bali Page Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bali Ini, Begitu...

2 Maret 2018   08:14 Diperbarui: 2 Maret 2018   08:25 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bali itu indah, sudah sewajarnya jika banyak orang mengatakan demikian. Bagaimana tidak, bahkan pertanyaan 5w+1h pun jika ditanyakan untuk semua kondisi dan aspek kehidupan di Bali, pasti ada jawabannya. Asumsi ini bisa saja terlalu subjektif bagi sebagian orang, tapi lagi-lagi faktanya tidak sedikit pula orang yang akan setuju.

Bali itu seni, bisa dilihat dari orang-orangnya. Rata-rata memang berpostur sedang seperti orang Indonesia pada umumnya, berkulit sawo matang karena sering bercumbu dengan sinar matahari tropis yang dimiliki, garis mata yang tajam dengan bulu mata yang tebal dan lentik, belum lagi jari para gadisnya yang melambai dan anggun karena terlatih untuk menari yang membudaya dalam dirinya, pakaian adat yang walapun hanya kamen dan kebaya polosan tapi sering di gunakan dalam sehari-hari, serta tidak kalah ketinggalan, logatnya.

Aksen nada naik turun agak cengkok separuh dangdut, semi melayu, bercampur aksen Cina, agak di lengkingkan di ujung kata yang di tambah gerakan mata dan tangan berbalut tanda semiotik. Ahh.. artinya susah untuk mendeskripsikannya. Makanya bali itu seni, abstrak!

Bali itu magis, karena biasanya kalau wisatawan lokal atau asing mulai turun dari pesawat dan masuk kedalam gedung bandara sembari bergegas mengantri koper di bagasi, yang pertama kali dirasakan adalah cuaca yang berbeda, bahasa yang tak serupa, serta tawaran transportasi di bandara. Tapi bali beda, orang-orang yang baru menginjakkan kaki di bali pasti akan mencium bau dupa atau setidaknya bau yang berbeda dari tempat asalanya.

Ada juga suara gong, dan mantra yang mengaung di telinga seperti "asik akhirnya gue ke bali"- pikir anak-anak remaja yang pergi bersama squadnya ke Bali di sela-sela liburan sekolah dan mengangkat tema sweet escape untuk  perjalanan wisatanya kali ini. Karena itu bali magis. Bali memaksa pengunjungnya untuk berekspektasi lebih sebelum ke bali, dan bersedih sebelum kembali pulang.

Bagi sebagian orang, sekarang susah untuk pulang. Karena bali begitu kuat. Bahkan untuk masyarakat pendatang. Bali terlalu ramah, sampai-sampai malu untuk pergi tanpa melakukan banyak hal untuk bali. Syukurnya bali sejauh ini keren, jadi orang-orang keren yang datang dan pergi ke Bali, bisa bersahabat dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun