Kesempatan untuk menghadiri undangan resepsi pernikahan Bobby -- Kahiyang tak kusia-siakan. Menurutku itu bukanlah sesuatu yang mudah, karena tidak semua orang mendapatkannya. Seorang teman baik memberiku kartu undangan  berkat kekerabatannya yang erat dengan Bobby. Undangan VVIP lagi. Keren, pikirku.
Saat menunggu hari "H" sempat membuat gelisah, keinginan untuk menghadiri acara tersebut sangat kuat yang dibalut dengan penasaran ingin melihat sosok Bapak Jokowi yang sangat fenomenal dan membuat sebagian masyarakat Indonesia begitu memujanya.
Tibalah hari yang dinanti. Minggu tanggal 26 Nopember 2017. Sesuai jatah yang tertera di undangan sesi ke dua, yaitu pukul 13.30 Â WIB s.d. 15.30 WIB. Berangkatlah aku dari hotel sekitar pukul 12.00 WIB ditemani kolega yang tinggal di Medan. Ia begitu antusias saat kuajak menghadiri undangan tersebut. "Kapan lagi" katanya sumringah.
Makin mendekati lokasi semakin ramai mobil, sementara rumah-rumah di sekitar tertutup rapat seperti tak berpenghuni. Menurut kolegaku para tetangga yang dekat lokasi banyak yang menginap di hotel, takut kalau-kalau jalan di komplek tersebut macet atau terjadi gangguan yang tak diinginkan. Namun  ketakutan tersebut tidak terjadi, buktinya jalan yang aku lalui biasa saja, dan lalu lintas meskipun ramai tapi teratur.
Tepat pukul 13.00 WIB kami berada di depan pintu masuk ke tenda resepsi. Karena tamu sesi pertama belum habis, kami belum dipersilahkan masuk. Penjagaan ketat dilakukan oleh Paspampres. Aku mencoba mencari paspampres yang pernah menghebohkan jagat netizen, tapi tak terlihat sama sekali.Â
Acara memang terjadwal sesuai susunan, begitu jam sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB pasukan penjaga pintu mempersilahkan masuk. Â Aku pikir di pintu masuk tersebut akan kacau, tapi ternyata pasukan sangat sigap mengatur tamu, setiap satu undangan hanya berlaku untuk dua orang. Dan itu benar-benar diterapkan. Saya melihat seorang wanita cantik yang dikeluarkan dari barisan, ia memakai gaun mewah dengan make up layaknya artis, tapi siapa yang peduli, temannya hanya membawa satu undangan, sementara mereka pergi bertiga. Kasihan juga melihatnya tertunduk malu. Tapi, peraturan harus diterapkan dengan tegas. Karena ini pesta penting yang didalamnya ada orang nomor satu di Indonesia.
Berjalan sekitar dua puluh meter, barulah kami memasuki tenda utama. Perasaan senang, dan gembira tak bisa dielakkan. Suasana sangat nyaman. Konsep alam pedesaan nan megah membuat jiwa serasa melayang menemukan taman bahagia. Orang-orang tersenyum sumringah satu sama lain. Banyak tamu yang menggunakan pakaian dari khas daerah mereka masing-masing. Sementara panitia berseragam songket Tapanuli Selatan. Â Sungguh pemandangan yang luar biasa.
Aku berjalan mengitari setiap sudut ruangan. Makanan yang disajikan sangat beragam. Ada pancage dari durian, ada lontong, sate, kambing guling, siomai, miso, dan lain-lain, Â di meja makan lainnya terdapat hidangan nasi yang diikuti beragam lauk pauk. Tersedia pula holat, yang merupakan makanan khas Tapanuli Selatan, yaitu ikan emas bakar yang dimasak dengan bumbu kayu balakka yang rasanya kelat namun nikmat.
Aku belum hendak meninggalkan ruangan megah tersebut, selain melakukan photo-photo, menikmati pertunjukkan musik adalah pilihan selanjutnya, Â suaranya tidak berisik, karena musiknya masih memberi ruang dengar untuk suara MC yang senantiasa bergema setiap saat. Kuhampiri panggung pertunjukkan saat nama Amigos, kelompok musik latin jazz yang sangat kugandrungi petikkan cetar gitarnya.Lagu-lagu Batak bergema, Â saat mereka membawakan lagu "Anak Medan", sontak aku ikut tergerak mengikuti irama dengan goyang tor-tor bersama tamu undangan lainnya.
Kegembiraan yang luar biasa, setelah Amigos tampil pula Nia Daniaty dengan suara yang melengking menyanyikan lagu Batak. Nia memang bukan penyanyi sembarangan. Ia mampu mengajak penonton ikut bernyanyi bahkan setiap ia menyelesaikan nada tinggi semua bersorak riang dengan tepukkan yang membahana. Â
Sepanjang acara senyum sumringah tak pernah henti. Tak ada waktu jeda untuk memberhentikan senyum.
Sebelum pulang, aku masuk ke barisan yang akan bersalaman dengan kedua mempelai, inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Tapi sayangnya, hape harus disimpan di dalam saku celana. Tidak diperbolehkan untuk mengambil photo dengan Bapak Presiden ataupun dengan kedua mempelai. Hati harus puas hanya dengan bersalaman. Tahu apa yang kurasakan saat bersalaman dengan Bapak Presiden, hati terenyuh, senyumnya sungguh  menyentuh, tatapan matanya yang kuyu karena lelah tetap tajam dan bersemangat. Ada suatu rasa yang tidak bisa aku kemukakan dengan kata-kata.
Selamat Bapak Presiden, selamat Bobby dan Kahiyang, semoga diberikan kebahagiaan dalam membina rumah tangga yang Sakinah, Mawaddatawwarahma.