Musang Berbulu Rindu
Â
Hei kamu!
Benar aku tak bisa tidur di sumringah kemenanganmu
Dan tak meneriakkan rindu di cibiran lukaku
Percuma
Kokohnya masa  yang berdiri di atas karang
Tak kan tergoyahkan meskipun dihantam keras deburan ombak pemecah durga
Â
Apa kau kira aku kalah?
Apa kau kira kau telah berjaya?
Ingat ya!
Kukatakan tidak!
Kau hanya seonggok sampah yang bernasib baik pernah dihiasi bunga hidupku!
Kau tak lebih dari seekor anak anjing yang menjadi liar setelah tak mampu menjulurkan lidah ke tengkuk cintaku
Â
Puaskanlah
Jika kau pikir itu menjadi kemenanganmu
Atau kau merasa berpijak pada kebenaran yang kau tunjukkan dalam tunggat tunggit di lima waktumu
Â
Lihat!Â
Aku tak peduli seberapa jauh kau pernah mengabdikan nadimu pada jantungku
Aku tak peduli seberapa tinggi langit yang melindungimu
Karena aku yakin
Disaat ini
Bara-bara api sedang menuju ke arahmu
Dan siap membakar sekujur tubuhmu menjadi abu-abu tak berguna
Â
Sementara
Aku kan terus berlari melewati mimpi-mimpi yang pernah tertulis dalam kertas suci para  bidadari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H