Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren – Ternyata Arman?

29 Maret 2016   22:58 Diperbarui: 29 Maret 2016   23:12 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ia tak menjawab. Bahkan ia semakin memelukku erat. Andai saja aku bukan dalam pelarian, mungkin sudah kugorok pula leher lelaki ini. Tapi aku harus menahannya. Agar persembunyian ini tidak tercium aparat. Aku yakin saat ini di Palembang sudah heboh dengan penemuan mayat di Sungai Musi.

Lalu aku meninggalkan Arman dan pulang ke rumah. Vera sudah menunggu dengan segelas teh hangat. Aku tahu, karena sudah kebiasaannya setiap aku pulang di sore hari. Vera sangat bahagia, ia tak pernah menuntut apa-apa. Bahkan untuk urusan percintaan sekalipun.

“Sampai Abang siap saja.” Katanya suatu ketika melihat aku enggan melayaninya.

Di senja yang perlahan membiasi langit jingga, aku menggenggam tangan Vera dengan penuh kecintaan. Kutatap wajahnya. Menyelidik apakah ia masih mencinta.  Arman? Namun wajah manis itu penuh tulus layaknya yang sedang jatuh hati padaku. Wajah itu seperti sudah mendapatkan restu Tuhan untuk kumiliki utuh.

Aku merangkulnya. Tirai langit malam sudah terbuka. Ia menanti dengan sempurna menuju titian seberkas cahaya. Suluh bergantung indah menuju tambatan jiwa. Tanganku menggenggam erat pantulan sinar matanya. Lalu tiba-tiba aku menyadari kesucian ternoda.  Penyakit laknat yang mematahkan setiap hasratku pada Vera. Walhasil, aku tak berlaku apa-apa lagi. Aku hanya terduduk lemas memandangi Vera yang penuh rasa kecewa.

Tepat ketika cahaya pagi menyinari bumi, aku terbangun bersama rasa sakit di kelelakianku. Aliran air yang ditimbunnya bergeliat ingin ditumpahkan. Aku segera ke kamar mandi. Melepaskan hajat yang tertunda. Aahh…. Aku menjerit. Rasanya sakit sekali. Hingga memekikkan pedih perih.

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren - Pelarian

[TantanganNovel100HariFC]Cintaku Tertinggal di Pesantren - Mas Bejo

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren-Aku Tak Layak Mendapatkan Perawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun