Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[TantanganNovel100HariFC] Cintaku Tertinggal di Pesantren – Ternyata Arman?

29 Maret 2016   22:58 Diperbarui: 29 Maret 2016   23:12 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arman diam tertunduk. Ia seperti ketakutan. Tiba-tiba ia menubrukku. Kurasakan hangat dari matanya membasahi tubuhku. Aahh…. Persis seperti gadis manja. Aku sempat merinding. Apakah lelaki gagah bertubuh atletis itu memiliki kelainan? Sebab aku merasakan getaran aneh dari dadanya. Seperti getaran yang kurasakan akhir-akhir ini dari dada Vera. Aku iba. Tak sadar aku pun mengelus pundaknya sambil membisikkan kata-kata penghibur berpadu dengan air matanya yang terus mengalir.

“Aku tersiksa tak dapat membahagiakan Aisyah.” Kata Arman.

“Bahkan, hingga saat ini aku tak menyentuhnya karena lenyapnya gairah.” Ia bicara terus terang padaku.

Kalau saja dia tahu, bahwa aku juga belum menyentuh Vera, tentunya cerita itu akan jadi berbeda. Tapi aku tak akan mengurai kisahku padanya. Karena persoalanku jauh berbeda. Aku sangat ingin dengan Vera, bahkan disetiap sedang berdua. Tapi aku menahannya. Kesehatan Vera melebihi kenikmatan yang hanya sesaat itu. Aku tak mungkin menularkan penyakit yang kuderita padanya.

Kudorong Arman. Ia menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon nangka. Yang banyak tumbuh di belakang asrama pesantren. Ia menatapku pilu. Lalu mengusap beberapa bulir bening yang berebutan jatuh di pipinya.

“Pulanglah. Aisyah menunggumu.” Kataku.

“Aku malu. Malu pada Aisyah, karena tak dapat membahagiakannya.”

“Kau harus mencobanya. Bila perlu kau pakai obat perangsang.” Saranku.

Aku sangat paham dengan kebutuhan itu. Aku lelaki berpengalaman. Aku pernah dipaksa menenggak obat perangsang saat di penjara manakala nafsuku tak datang-datang. Itulah yang membuat sipir penjara ketagihan mengajakku berulang-ulang. Namun sangat berbeda manakala aku harus menikmati tubuh wanita. Semua berjalan begitu saja, naluri nakallah yang bicara tanpa perlu pemanasan atau obat-obatan segala.

Kulihat Arman menggeleng. Ia berteriak dalam serak. Aku tahu Arman tersiksa. Aku menangkap apa yang terjadi padanya. Ia yang seakan tak mau berlalu begitu saja dariku. Sudah cukup bagiku mengetahui keinginannya. Bertahun-tahun di penjara. Bertahun-tahun ditemani lelaki berprilaku menyimpang. Yang selalu merayuku dengan berbagai cara. Hingga memaksa dengan senjata. Kuputuskan memastikan siapa Arman. Kurentangkan tangan, ia langsung lari memelukku. Menangis lagi. Ahai…. Cukup sudah. Aku dapat senjata tuk melumpuhkannya.

“Kau menyukaiku?” Tanyaku tanpa ragu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun