Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber]#5 : Derita Cinta Membara

17 November 2015   08:44 Diperbarui: 20 November 2015   20:47 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Tak mungkin J”, teriakku dengan suara tercekat

Aku menangis sejadi-jadinya. Inginku teriak. Melolongkan amukan jiwa seperti lengkingan mawar yang dahaga menunggu datangnya hujan. Jiwaku tercekat. Tak percaya apa yang dikatakan oleh Mr. J. Tiba-tiba mataku berselimut gelap dan atap-atap langit berlinang melihat keburukkan nasibku.

====

Aku mengajak Mr. J meninggalkan danau. Tangan kami bergenggaman, ia merangkulku untuk mengarungi tanggungjawab pada janji yang terkisahkan di perapian singgasana senja. Ada desiran-desiran angin mengalir perkasa laksana air mata putri rembulan. Hati ragu di tengah badai mendera membuatku terbuai mimpi semu yang mencumbu waktu.

“Situasi di kantor semakin gawat, semua orang tak terkendali, Nugie dan Ran mulai berani menunjukkan kemesrahannya”. Kata Mr. J memulai percakapan.

Aku hanya diam. Walaupun tidak percaya Nugie seorang Gay, tapi aku jijik membayangkannya. Kenapa jadi begini Gie? Dulu kau selalu mengajakku untuk hidup bahagia. Katamu, bahwa hidup bagaikan hulu sungai yang mengalir kemana-mana, namun tak pernah melupakan muara yang menjadi nadinya. Katamu, kita hidup harus mengukir kisah-kisah legenda, agar menjadi ukiran besar untuk anak cucu kita yang bermuara dari cinta aku dan kamu, Gie.

“Aku curiga, apakah itu benar-benar Nugie?” Kataku pada Mr. J.

Tapi Mr. J tak menjawab. Ia menatapku – yang menimbulkan beribu halaman tanya berkubang di pikiranku. Laki-laki ini sangat memperhatikan aku. Hadirnya selalu ada di setiap keterkulaian jiwaku, atau kelemasan nafasku di setiap butuhku mengharapkan tangan-tangan perkasa.

“Bolehkah kita membahas yang lain?” Tanya Mr. J tersenyum manis

“Apa itu?” Tanyaku

Ia meluruskan pandangan matanya ke arahku. Satu misteri merasuk hatiku. Di sana kutemui beragam riak takdir terencana pada hempasan ombak murka yang melumat janji-janji masa depan. Hatiku dag dig dug, selintas sunyi menyapa, lalu senyumnya kembali meruam mimpi berkalang cahaya harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun