Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Nge-Fiksi Itu Nggak Gampang?

5 November 2015   11:39 Diperbarui: 12 November 2015   08:23 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nge-fiksi itu memang nggak mudah. Itu menurutku sih. Karena berdasarkan pengalaman selama ini susah sekali. Untuk memulai mencari tema aja sulitnya minta ampun. Bahkan mencari kata pertama pun terkadang berlarut-larut sampai berlarut malam benaran. Lha, mau bikin judulnya jua nggak dapat-dapat.

Lalu kenapa sekarang aku jadi Nge-Fiksi?

Bermula bertemu dengan Mas Erri Subakti di Hotel Santika Tanah Abang, di bulan Oktober 2013, dari ngobrol ngaral ngidul dan kebetulan pula beliau abis louching buku “Smiling Death” bersama Mbak Arimbi Bimoseno akhirnya aku mulailah sedikit-sedikit berfiksi.

Puncaknya, aku terjerat pada tulisan-tulisan Desol Desy yang selalu fenomenal menurutku, ditambah membaca puisinya Kang Rahab Ganendra yang diksinya luar biasa, akhirnya aku tertarik merangkai kata dalam cerita khayal ini. Bertemu langsung dengan Kang Rahab di Kompasianival 2014 semakin menggairahkan fantasi kisah, lalu ajakan-ajakan Desol dalam tag-tagnya tatkala menyampaikan even membuatku tak mampu menolak, walau hanya sekedar menggeleng.

Yang tak kalah menusuknya ke kepalaku adalah tulisan Kak Fitri Manalu, selalu punya warna serta ending-ending tak terduga. Demikian juga pengaruh kompasianer muda Connie Aruan yang cerdik sekali dalam setiap penyajian. Palagi Uda Ando Ajo, yahut banget dach, menurutku inilah calon sastrawan masa depan.

Lalu kapan waktuku menulis?

Banyak yang menyangka aku tak punya pekerjaan di kantor. Makan gaji buta. Bahkan suatu waktu aku diinterogasi khusus karena dicurigai tidak bekerja. Lha, bukankah angka-angka keragaan sudah menjelaskan. Bahkan dua unit kerjaku meningkat statusnya dari Cabang Pembantu ke Cabang Penuh. Nah lho. Baiklah aku jelaskan.

Aku bekerja selalu berpindah-pindah tempat, (nggak usah aku bahas ya kenapanya). Karena sering pindah aku tak pernah membawa keluargaku. Jadilah aku sendirian hidup dirantau orang. Pulang kerja selalu malam hari, itu pun supaya di rumah tidak kesepian. Kalau belum ngantuk aku akan buka laptop dan mengetik apa pun yang ada dalam khayal. Setiap kerinduan, kepiluan, kesepian, kegembiraan atau rasa apapun di puncak malam dapat menginspirasi sebuah tulisan. Hitung-hitung, daripada ngayal yang nggak-nggak lebih baik tuangkan dalam kisah.

Jadi aku menulis selalu di malam hari. Karena di siang hari aku berkutat dengan angka-angka serta harus berinteraksi dengan orang lain yang kedatangannya selalu silih berganti. Itu pun tidak setiap malam bisa kulakukan. Untuk even Fabel Sabtu besok saja belum siap, bahkan temanya pun belum terbayangkan sama sekali. Wakakakakaka….

Akhirnya?

Berfiksi itu indah. Berfiksi itu bahagia. Berfiksi itu cerah. Dengan berfiksi kita bisa menjadi apa saja, sehingga keinginan yang ada di dalamnya dapat menyemangati kita untuk mewujudkan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jangan takut berfiksi, walaupun awalnya sulit, tapi lama kelamaan akan melancarkan fikiran kita dalam merangkai kata, apalagi kalau dibiasakan membaca tulisan-tulisan orang lain. tak perlu harus bahasa sastra, bahasa amburadul sekalipun tetap akan memperkaya imajinasi kita.

Tak usah takut tidak diapresiasi. Bagi Kompasianer, tidak perlu mengharap di Highlight, Headline atau Tranding Article. Menulis sajalah. Aku mungkin kompasiner terlama yang tulisan HL nya belum sampai hitungan lima jari. Tapi itu tidak mematahkan semangatku menulis. Toh memang bukan itu yang aku harapkan. Tapi melalui Kompasiana aku berani membukukan tulisan-tulisanku walau hanya secara indie. Seperti: Raden Dengkul dan Sufi Anak Zaman. Lalu beberapa buku antalogi yang digarap oleh Fiksiana Community mulai dari : Fiksi Valentinesiana, Fiksi Hari Pahlawan, Fiksi Kartini, Cinta Merah Jambu, dan terakhir Aku Punya Impian, he he he….

Semoga tulisan ini menginspirasi Kompasianer lainnya untuk tetap berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun