Hai Desol....
Â
Sebenarnya kamu makan apa sih?
Koq bisa menggairahkan setiap orang yang membaca tulisanmu? Aku saja yang sudah setua ini, masih orgasme berkali-kali manakala kau suguhi diksi-diksi yang kau ramu. Apalagi pemuda seperti Pebrianov. Aku tak dapat bayangkan berapa banyak lagi yang menjadi korban keganasanmu.
Tahukah kamu Desol?
Aku sangat ingin punya anak seperti kamu. Seperti pemuja matahari yang berhangat di bibir pantai. Seperti malam yang memburu pagi. Seperti dahaga yang menunggu samudra rasa. Dan aku punya Febby Deka, anak gadisku yang kuperkirakan mirip kamu. Dia juga berkompasiana sejak kelas tiga SMP, dan vakum setelah kelas dua SMA Â hingga sekarang di semester satu kuliahan.
Tapi Febby Deka bukanlah kamu.Â
Dia masih terlalu muda. Tak bisa menyela waktu belajar untuk Fiksiana. Dia lebih memilih kegiatan yang bermuara ke sekolah. Namun, aku yakin. Suatu saat nanti ia akan seperti kamu. Karena kamu telah menginspirasiku, dan rela turun gunung untuk mengikuti maumu. Aku bertekad, akan menyulamnya melebihi dirimu.
Maaf Desol....
Aku tak akan bertanya tentang kemisteriusanmu. Juga tak aka mengungkit hubungan dengan suhumu Langit Quinn. Bagiku, kamu adalah nyata. Dan suatu saat nyata itu akan semakin nyata, manakala kamu terus dan berkelanjutan di Fiksiana.
Salam dari jauh....