Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan, Kenapa Aku Menjomblo?

27 September 2014   02:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:21 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pernahkah kamu mempelajari romansa dan cinta guna menambah daya tarik dirimu?” Tanyaku ingin menyadarkan kamu.

“Jelas dong, aku belajar dari sumber yang berbeda-beda, bahkan sedari kecil.” Jawabmu penuh percaya diri. “Kita tak boleh belajar dari sumber yang salah, karena ia akan merusak sebuah perjalanan romansa”.

“Hah, maksud kamu apa sayang?”

“Saat kamu PDKT padaku, kamu sudah memberi banyak perhatian. Tapi, jika saat awal kita jumpa aku tak tertarik padamu, maka apapun yang kamu lakukan tak akan membuatku tertarik.” Jawabmu diplomatis. Wuihh!! Kamu memang jagonya mengolah oral.

Tapi tunggu dulu, walaupun kamu sudah banyak belajar. Tapi kamu nol besar. Karena kamu tidak pernah melakukan apapun dari apa yang telah kamu ketahui itu.

“Maafkan aku Soraya, dengan jujur aku katakan. Aku gagal mencintaimu!” Sangat aneh kalau hubungan ini kita lanjutkan.” Kataku tersenyum penuh kemenangan.

“Tapi kamu sudah berjanji untuk membangun keluarga yang bahagia Dina!” Bentakmu sambil menerjang ke arah dadaku.

Seketika aku tersungkur. Keningku berdarah terhempas sudut bangku taman. Saat terbangun ayah dan ibuku memandangku dengan wajah haru, penuh selidik atas apa yang telah terjadi. Aku tak sanggup membuka mataku lagi. Bahkan hanya untuk sekedar mengingatmu Soraya! Menjauhlah, aku jijik dengan semua ini. Aku akan meninggalkanmu, aku akan membunuh sepidengan mencari lelaki sejati. Yah, sejatinya memang begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun