Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan, Kenapa Aku Menjomblo?

27 September 2014   02:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:21 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku hanya tersenyum sambil membathin : “Lah, kamu apa? Penampilan seadanya, lusuh, dekil, bahkan jilbab pun seperti tak pernah dicuci. Emang itu yang kamu sebut dengan kualitas diri? Untung aku masih mau sama kamu.”

“Maafmanis, aku katakan kamu salah besar! Percuma kamu pintar bicara tapi tak bisa memperhatikan penampilanmu sendiri.” Perkataanku mulai memancing letupan-letupan kebersamaan kita yang baru mulai terbangun.

Dan yang tak kalah serunya, kamu masuk dalam kategori wanita yang menghiasi hari-hari dengan complain. “Tiada hari tanpa complain”, demikian candaan orang-orang. Sementara kamu bangga menjadikan complain sebagai tag-line semboyan hidupmu. Tak jemunya kamu mengkritik gebetanmu, tentang kejamnya dunia, bahkan tanpa segan kamu sering menyalahkan tuhan atas segala apa yang kamu rasakan.

“Sayang, mengeluhkan tentang kehidupan atau tentang segala hal hanya akan menggelontorkan daya tarik pribadimu”, kataku suatu saat.

Tapi dengan pongahnya kamu tetap menjawab bahwa kamu tidak mengeluh, kamu tidak memprotes tentang apa yang kamu dapat, tapi kamu hanya mengungkapkan apa yang ingin kamu ungkapkan. Duh, sangat bodoh!

“Kalau kamu tidak menginginkan aku lagi, ya sudahlah, kita akhiri saja hubungan ini sampai di sini!” Bentakmu.

“Bukan itu, aku hanya ingin membuat kamu jauh lebih menarik.” Suaraku melemah.

Namun kamu bukannya berubah, malahan kamu semakin menampakkan sikap negative feeling terhadap segala sesuatu yang kamu lihat, bahkan kamu sangat bersahabat dengan bad mood itu, selalu saja tak ada perbuatan orang yang bagus di matamu, tak ada niat orang yang baik di benakmu, kamu gagal menebar pesona.

“Orang yang beraura negative feeling sangat mudah terdeteksi”, ujarku kala itu. “Sayang, aku tak mau kehilangan kamu”. Lanjutku penuh harap.

“Aku juga, dan aku tahu itu. Aku sangat bisa membaca orang yang seperti itu. Makanya, aku kurang respek dan malas berbaur dengan mereka”, jawabmu memamerkan keangkuhanmu. “Tapi kamu berhentilah menasehatiku.” Katamu dengan pandangan menghujam ulu hatiku.

Kamu lupa, bahwa kamulah orangnya. Yang berjalan dengan tidak bersemangat, yang memandang dunia seperti musuh. Yang loyo, tidak enerjik, bahkan pesimis dengan segala sisi kehidupan. Olala, kamu memang sangat tidak menarik! Lantas, kenapa aku terperangkap dalam dekapanmu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun