Aku hanya tersenyum sambil membathin : “Lah, kamu apa? Penampilan seadanya, lusuh, dekil, bahkan jilbab pun seperti tak pernah dicuci. Emang itu yang kamu sebut dengan kualitas diri? Untung aku masih mau sama kamu.”
“Maafmanis, aku katakan kamu salah besar! Percuma kamu pintar bicara tapi tak bisa memperhatikan penampilanmu sendiri.” Perkataanku mulai memancing letupan-letupan kebersamaan kita yang baru mulai terbangun.
Dan yang tak kalah serunya, kamu masuk dalam kategori wanita yang menghiasi hari-hari dengan complain. “Tiada hari tanpa complain”, demikian candaan orang-orang. Sementara kamu bangga menjadikan complain sebagai tag-line semboyan hidupmu. Tak jemunya kamu mengkritik gebetanmu, tentang kejamnya dunia, bahkan tanpa segan kamu sering menyalahkan tuhan atas segala apa yang kamu rasakan.
“Sayang, mengeluhkan tentang kehidupan atau tentang segala hal hanya akan menggelontorkan daya tarik pribadimu”, kataku suatu saat.
Tapi dengan pongahnya kamu tetap menjawab bahwa kamu tidak mengeluh, kamu tidak memprotes tentang apa yang kamu dapat, tapi kamu hanya mengungkapkan apa yang ingin kamu ungkapkan. Duh, sangat bodoh!
“Kalau kamu tidak menginginkan aku lagi, ya sudahlah, kita akhiri saja hubungan ini sampai di sini!” Bentakmu.
“Bukan itu, aku hanya ingin membuat kamu jauh lebih menarik.” Suaraku melemah.
Namun kamu bukannya berubah, malahan kamu semakin menampakkan sikap negative feeling terhadap segala sesuatu yang kamu lihat, bahkan kamu sangat bersahabat dengan bad mood itu, selalu saja tak ada perbuatan orang yang bagus di matamu, tak ada niat orang yang baik di benakmu, kamu gagal menebar pesona.
“Orang yang beraura negative feeling sangat mudah terdeteksi”, ujarku kala itu. “Sayang, aku tak mau kehilangan kamu”. Lanjutku penuh harap.
“Aku juga, dan aku tahu itu. Aku sangat bisa membaca orang yang seperti itu. Makanya, aku kurang respek dan malas berbaur dengan mereka”, jawabmu memamerkan keangkuhanmu. “Tapi kamu berhentilah menasehatiku.” Katamu dengan pandangan menghujam ulu hatiku.
Kamu lupa, bahwa kamulah orangnya. Yang berjalan dengan tidak bersemangat, yang memandang dunia seperti musuh. Yang loyo, tidak enerjik, bahkan pesimis dengan segala sisi kehidupan. Olala, kamu memang sangat tidak menarik! Lantas, kenapa aku terperangkap dalam dekapanmu?