Jodoh merupakan hak setiap manusia yang ada di muka bumi ini, walaupun si calon bapak atau ibu tersebut, belum mendapatkan jodoh yang cocok, yang pasti mereka masih punya hak untuk mendapatkan jodohnya.
Ada pepatah yang mengatakan Jodoh tak lari kemana-mana, dstnya. Banyak cerita orang bagaimana mereka mendapatkan jodohnya, ada yang melalui media sosial, ada yang melalui pertemanan, ada yang melalui tetangga, ada yang melalui teman kerja dan lain lainnya, masing masing punya keunikan tersendiri.
Dijodohkan adalah cara mendapatkan teman hidup yang sejati yang dikenalkan  oleh pihak ketiga. Ada orang merasa gengsi bila mendapatkan teman hidup sejati dengan cara dikenalin dengan pihak ketiga, mereka beranggapan, "saya punya nyali untuk mendapatkan pasangan hidup", tak perlu ada pihak ketiga, termasuk dari orang tua kandung. Â
Sebenarnya hal tersebut bukanlah suatu hal yang sombong, bila merasa mampu secara ekonomi, dan fisik. Apalagi merasa sudah bekerja keras untuk meraih cita-citanya dan beranggapan saya punya hak untuk mendapatkan jodoh sesuai dengan pilihanku sendiri. Sah sah saja mempunyai pandangan hidup yang demikian.
Bila cara mendapatkan teman, hidup yang sejati dengan cara dijodohkan, bukanlah suatu perbuatan yang diharamkan, sah-sah saja bila mereka dengan senang hati mau dijodohkan oleh pihak ketiga termasuk dengan orang tuanya.
Pada masa kini, saking sibuknya bekerja, tak sempat lagi atau tak ada waktu untuk mencari sendiri pasangan hidup. Ada banyak agen perjodohan di media sosial, para anggotanya beraneka ragam status sosialnya dan itu terbuka untuk umum, tak ada kamus gengsi bagi mereka untuk mencari jodoh di media sosial.
Pada waktu media sosial belum ada, orang mencari pasangan hidup dengan dikenalin oleh pihak ketiga atau dijodohkan sudah bayak terjadi. Bisa di tanyakan ke saudara dekat yang sudah berumur diatas 80 tahun keatas, bagaimana pada masanya seorang pemuda dan pemudi dijodohkan oleh pihak ketiga.
Akhir kata dijodohkan itu butuh atau gengsi, tergantung dari sudut mana kita melihatnya, jika melihat dari sudut  usia yang sudah lanjut, atau kurang pandai  bergaul atau karena kekerabatan agara semakin dekat, dsbnya maka dijodohkan merupakan  suatu kebutuhan yang harus dilakukan.
Jika si calon tersebut masih berusia muda, tampan,punya status ekonomi yang hebat, dan yang yang terpenting pandai bergaul dan mencari teman, maka pandangan mereka, Â tersebut "dijodohkan" Â merupakan gengsi, membuat harga dirinya jatuh terpentak pental, Â kepercayaan dirinya semakin memudar, bila dijodohkan.
Perjalanan hidup  yang sedang dilaluinya, membuatnya percaya diri akan masa depannya termasuk mendapatkan pasangan hidup, tanpa perlu campur tangan dari pihak ketiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H