Keluarga itu menjalani kehidupan dengan mengontrak rumah susun di tengah kota Palembang. Penghasilan Papa hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan setiap kali akan membayar uang sewa rusun, sang Papa selalu mencari pinjaman baik ke saudara maupun perusahaan. Padahal tahun 1990-an, harga sewanya sangat murah, hanya Rp.200 ribu-an per tahun. Namun Papanya sama sekali tak mempunyai tabungan, karena gaji bulanan selalu habis untuk mencukupi kebutuhan.
Satu diantara aset berharga yang mereka miliki hanyalah televisi tabung 14 inch. Itulah hiburan keluarga satu-satunya yang mereka nikmati di rusun yang terletak kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang. Namun suatu ketika, aset berharga tersebut pecah lantaran tidak sengaja tersenggol Richard. Mamanya sempat marah karena tak ada lagi hiburan keluarga. Namun ada hikmahnya, justru anak-anak malah bisa konsentrasi belajar. Â
Di rusun ada juga bangku duduk yang terbuat dari plastik. Namun suatu ketika bangku itu terbakar kena lilin. Biasanya saat mati lampu, mereka menggunakan cahaya lilin sebagai penerang ruangan. Maklum mereka tidak memiliki lampu emergency. Selebihnya nyaris tak ada barang yang berharga di rusun tersebut.
Meski tinggal di rusun yang sangat padat, namun Richard kecil dikenal sebagai anak rumahan. Ia jarang bergaul dengan anak-anak tetangga. Sepulang sekolah, dia habiskan waktunya di rumah. Belajar mengerjakan PR atau bermain bersama adiknya.
Meski dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, namun orangtuanya ingin memberikan yang terbaik untuk Richard dan adiknya. Misalnya urusan makanan, anak-anak selalu mendapat asupan gisi yang cukup. Ketika orangtua memasak ikan, bagian badan ikan yang banyak dagingnya diberikan pada anak-anaknya.Â
Sedangkan bagian kepala atau ekor yang durinya banyak, dikonsumsi orangtuanya. Begitu juga ketika memasak sayur sup, anak-anak mengkonsumsi daging dan sayur, sedangkan orangtua cukup makan kuahnya saja. Kedua orangtua lebih mengutamakan makanan yang bergisi untuk anaknya, sedangkan mereka rela makan seadanya.
Rusun Ilir Kota Palembang
Setiap hari, sang Mama selalu memasak sayur mayur dan lauk pauk untuk kebutuhan gizi dua buah hatinya. Dengan memasak sendiri, biayanya juga relatif lebih murah, sehingga bisa menghemat pengeluaran. Richard dan adiknya selalu makan apa saja hidangan yang disajikan Mamanya. Semua menu yang disajikan sang Mama biasanya habis mereka santap. Dari ketrampilan memasak, kadang Mama juga berjualan tekwan kiloan dan menerima pesanan dari teman-temannya.
Selain makanan, urusan pakaian pun orangtuanya selalu mengalah. Mereka biasanya membelikan baju yang bagus-bagus untuk anaknya agar penampilan anak-anak bersih dan rapi.Â
Orangtua rela memakai baju ala kadarnya demi sang anak. Apalagi urusan pakaian, Richard kecil suka mengenakan baju yang bersih dan rapi. Berbeda dengan adiknya, David, yang penampilannya terkesan apa adanya.
Tak hanya soal makanan dan pakaian, orangtua Richard sangat peduli dengan pendidikan. Mereka ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk kedua anaknya. Mereka meyakini, pendidikan adalah salah satu cara untuk merubah nasib. Jika pendidikan Papanya hanya setingkat SMP, sedangkan Mamanya cuma lulusan SMA, mereka ingin kedua anaknya lebih tinggi lagi. Orangtua berjanji menyekolahkan anak-anaknya hingga Sarjana meski tantangannya cukup berat.