Ketika melihat orang yang berilmu dia berkata, betapa beruntungnya ia bisa berilmu dan dekat dengan Tuhan.
Ketika ia melihat orang bodoh ia pun berkata betapa beruntungnya dia tidak berilmu, bisa jadi Allah mengampuninya, sedangkan untuk aku, Allah memberikan banyak ilmu tapi banyak tidak mengamalkan.
Ketika ia melihat tukang sampah, ia mengatakan bahwa akulah tukang sampah, akulah orang yang menyampah, sedangkan dia adalah tukang kebersihan yang mulia.
Ketika ia mendapatkan staf atau bawahan yang sangat mengesalkan, ia pun tetap tersenyum saja, ia mengatakan bahwa bisa jadi orang itu Allah turunkan untuknya, untuk melatih kesabarannya. Justru itulah nilai mahal dari orang tersebut dan ia perlu berterima kasih atasnya.Â
Ketika ada orang lain mencacinya atau mencelanya, ia tidak marah bahkan tersenyum. Dan ia berkata, bisa jadi diriku sebenarnya lebih buruk dari cacian dan makiannya.
Ketika ada orang yang memujinya, ia tidak lantas berbangga hati dan sombong. Ia berkata bisa jadi penilaian Allah atasku tidak seperti itu. Sebenarnya aku tidak pantas mendapatkan pujian tersebut.
Ketika ia melihat orang lain, ia merasa orang tersebut bisa jadi, lebih baik dari dirinya, dan ia tidak merasa bahwa ia lebih baik dari orang lain tersebut.
Maka ia akan menghormati orang lain, akan menghargai orang lain, bisa mendengar kebaikan dari orang lain
Sombong atau Takabur
Kebalikan dari sikap tawadlu adalah sikap tinggi hati, sombong atau takabur. Merasa dirinya paling kuat, lebih baik dan lebih hebat daripada orang lain. Sombong atau alkibri'a tidak layak disematkan kepada mahluk, sebagaimana hadits Rasulullah SAW Â Kesombongan adalah selendang-Ku, kebesaran adalah sarung-Ku, barangsiapa mengambil salah satu "dari keduanya dari-Ku, maka ia akan Aku lemparkan ke dalam neraka." Â HR Muslim:
Dalam hadits lain juga dikatakan : "Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan. Seorang laki-laki bertanya, Sesungguhnya laki-laki menyukai apabila baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)? Beliau menjawab: Sesungguhnya Allah itu bagus menyukai yang bagus, kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia."