Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Money

Tantangan Rumit dalam Distribusi Energi di Indonesia

1 Desember 2016   06:47 Diperbarui: 1 Desember 2016   07:03 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 30 September 2016 silam, saya mendapat undangan makan siang dari Presiden Jokowi di Istana Negara. Saya diundang sebagai aktifis media sosial bersama 30 facebooker lainnya dari seluruh Indonesia. Kehadiran para pegiat sosial media sebagai bentuk silaturahmi dan sarana saling sapa antara komunitas dunia maya dengan pemerintah. Ada banyak hal yang dibahas dalam diskusi yang berlangsung santai tersebut.

Pada kesempatan itu Presiden juga menyampaikan akan menerapkan kebijakan BBM satu harga. Presiden mengatakan sudah menginstruksikan kepada Dirut Pertamina akan memberlakukan harga BBM yang sama di Indonesia khususnya di Papua. Waktu itu, harga BBM di Papua rata-rata mencapai tujuh hingga 14 kali lipat dibandingkan harga di Pulau Jawa. Di Kabupaten Puncak, misalnya, harga BBM berkisar antara Rp50.000-Rp100.000 per liter. Harga yang sangat jauh berbeda ini yang  menjadi perhatian serius Kepala Negara. Menurut Presiden kebijakan penerapan dengan satu harga bukan masalah untung rugi namun masalah pemerataan dan ketidakadilan

Penerapan satu harga BBM adalah kebijakan yang tidak mudah. Karena pada dasarnya harga BBM dari Pertamina selama ini sudah sama, Namun karena biaya distribusi yang mahal membuat harga BBM menjadi tinggi. Tetapi meskipun tantangannya tidak mudah dan memakan biaya yang besar, Pertamina menyanggupi permintaan Presiden. Dirut Pertamina, Dwi Soetjipto, mengaku kebijakan 'satu harga BBM' akan menyebabkan Pertamina merugi Rp.800 miliar. Setelah berkoordinasi dengan kementerian terkait , maka diputuskan kebijakan satu harga BBM akan diberlakukan pada 2017 mendatang.

Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro ada 3 penyebab harga BBM khususnya di Papua lebih mahal dari daerah lain.Yakni Pertama, dikarenakan di daerah tersebut selama ini tidak ada lembaga penyalur resmi BBM. Hal  itu membuat Pertamina membuat kebijakan untuk menempatkan lembaga penyalur resmi BBM di wilayah terpencil agar dapat memantau distribusi dan harga BBM.

Kedua, kondisi geografis di wilayah terpencil yang sulit ditempuh, sehingga mengakibatkan biaya angkut BBM ke wilayah terpencil sangat tinggi. Akhirnya untuk  mendistribusikan BBM ke wilayah terpencil, Pertamina harus menyediakan pesawat sendiri. Misalnya di wlayah Papua dimana yang tidak dapat ditempuh dengan jalur darat.

Ketiga, menurut Wianda, keterbatasan infrastruktur jalan. Hal  juga membuat distribusi BBM menjadi lebih tinggi. Masalah semacam ini yang perlu dicarikan jalan keluarnya agar harga BBM di daerah terpencil seperti Papua bisa ditekan sedemikian rupa sehingga harganya bisa sama dengan harga BBM di daerah lainnya.

Untuk mengatasi kelangkaan infrastruktur transportasi di wilayah Papua, Pertamina telah menyiapkan dua buah pesawat pengangkut BBM jenis Air Tractor AT-802 dengan kapasitas angkut 4.000 liter. Tiga pesawat serupa akan dibeli untuk melayani distribusi BBM di wilayah Kalimantan Utara dan daerah terpencil di Kalimantan.

Inilah tantangan distribusi BBM yang dialami Pertamina terhadap daerah-daerah yang tidak memiliki jalur transportasi yang memadai. Selain Papua beberapa daerah yang sering mengalami kesulitan BBM adalah Kalimantan Tengah dan Utara.

Komitmen Distribusi Energi Pertamina 

Pertamina sebagai perusahaan milik Negara yang bertugas mengelola dan mendistribusikan BBM ke seluruh Indonesia memegang tanggungjawab untuk menyediakan stok BBM sehingga tidak terjadi kekurangan. Pertamina berkomitmen untuk mendistribusikan dan memenuhi kebutuhan BBM ke seluruh masyarakat Indonesia. Tantangan berupa medan yang sulit tidak menjadi penghalang bagi Pertamina menghadirkan energi bagi masyarakat negeri ini.

Perlu diketahui dalam Distribusi Energi Pertamina menggunakan 273 kapal tangker , 7 kilang minyak dan 111 unit terminal BBM. Selain itu Pertamina menyediakan 6.865 unit outlet retail atau SPBU, 64 Unit DPPU Aviasi, dan 2856 mobil tangki.

Beberapa tantangan yang dihadapi pertamina adalah dalam penyaluran BBM melalui medan yang berat. Misalnya di Bengkulu dimana penyaluran BBM menggunakan truk tangki harus melalui jalan darat yang berat dan rusak berat, bahkan sering becek di musim hujan. Penyaluran dari Terminal BBM ke daerah SPBU Pedalaman yang menempuh jarak yang cukup jauh yakni 300 km.

Tantangan berikutnya BBM yang disitribusikan melalui laut seringkali menghadapi ombak besar yang menerjang kapal yang membawa BBM ke wilayah Indonesia. Bahkan tak jarang ombak sering mencapai ketinggian 2 meter lebih. Hal ini kadang mengakibatkan jadwal tiba ke Terimal BBM tertunda.

Di Kalimantan dimana jalur darat belum banyak tersedia, maka pendistribusan BBM dengan menggunakan kapal-kapal kecil melalui sungai. Dimana arus sungai kadang-kadanan juga cukup deras.

Di Maluku dan Papua BBM diangkut dengan melalui darat, laut dan udara. Untuk transportasi udara memiliki Agen Premiun dan Minyal Solar atau APMS 8 unit dan Agen Minyak Tanah AMT 3 unit, untuk laut memiliki APMS 22 unit dan AMT 7 unit dan untuk darat dengan SPBU 34 Unit, AMPS 47 unit dan AMT 36 unit.

Untuk beberapa daerah pegunungan di Papua seperti  pegunungan Wamena, Oksibil dan Bintang, BBM dikirim dengan menggunakan pesawat. Sementara untuk Merauke dan sekitarnya dengan menggunakan kapal Tongkang atau landing Craft Tank, maupun via darat, mobil tangki dan truk barang berisi drum.

Itulah permasalah mendasar dalam penyaluran energi yang dilakukan Pertamina. Dengan wilayah kepulauan, maka jalur distribusi energi di Indonesia adalah paling rumit di Indonesia.  Mata rantai distribusi BBM sangat panjang dan bertingkat. Transportasi laut tentu sangat rumit membawa ke pulau-pulau kecil dengan alur pelayaran yang dangkal. Begitu juga di darat yang lokasinya sangat tersebar dengan infrastruktur jalan dan jembatan yang sangat terbatas untuk mencapainya.

Namun dalam keterbatasan sarana dan prasana itu Pertamina mempunyai komitmen yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Dalam Distribusi Energi Pertamina tentu Pertamina tidak dapat bekerja sendirian dan memerlukan dukungan penuh dari pemerintah dan semua pihak agar BBM dapat dinikmati masyarakat di seluruh Indonesia.

Dudun Parwanto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun