Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

RAPBN Defisit, Harus ada Terobosan selain Tax Amnesty

17 Agustus 2016   20:22 Diperbarui: 17 Agustus 2016   21:10 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

RAPBN 2017 sudah diumumkan dan diperkirakan negara akan mengalami defisit sekitar Rp. 291 Triliun. Sementara program tax amnesty yang ditargetkan meraup tebusan Rp 165 triliun per 16 Agustus 2016 baru mendapat Rp 612 Miliar atau 0,3% dari target. Tax amnesty adalah terobosan yang diharapkan mendongkrak pemasukan pajak yang lesu akibat perlambatan ekonomi. Meski defisit tapi negara mempunyai aset berupa cadangan devisa senilai Rp 1.462 T. PDB atau produk Domestik Bruto yakni perputaran uang nasional sekitar Rp 9000 triliun.

Jadi keuangan negara minus.Solusinya adalah harus ada teobosan yang signifikan, dan salahsatu contoh yang dilakukan pemerintah adalah UU Tax amnesty. APBN 2017 pemerintah bertekat akan mengubah pola belanja konsumtif menjadi belanja produktif. Belanja produktif misalnya pembangunan infrastruktur, belanja konsumtif misalnya pengadaan barang dan jasa yang bukan prioritas,

Sama dalam mengelola keuangan rumah tangga harus pandai agar tidak besar pasak daripada tiang. kalau sebuah rumah tangga kondisi keuangannya minus harus ada terobosan yakni mencari pendapatan tambahan dan menekan pengeluaran atau efisiensi. Berhutang adalah cara terakhir apabila kepepet. Maka harus ada cara yang anti mainstream, kreatif, out of the box sehingga bisa mendatangkan pemasukan ekstra.

Bangsa ini masih mempunyai pekerjaan rumah yang besar. Tahun 2015 jumlah penduduk miskin Indonesia saat ini sekitar 27,5 juta jiwa sesuai data BPS 2015. Jumlah penggangguran mencapai 7,4 juta jiwa. Pendapatan per kapita bangsa 41 juta setahun atau rata2 peghasilan Rp 3,5 juta per orang. Dan pendapatan Negara atau APBN 2015 sekitar Rp. 1800 trilun

Sedangkan dalam ekomomi makro, bangsa ini sedang mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia turun hanya 4,7 persel kuartal 1 tahun 2015, tingkat inflasi yoy 6,8 %, nilai tukar rupiah mencapa 13.700 per 1 dollar AS. Cadangan devisa Negara 107 milyar dollar As dan jumlah hutang negara mencapai Rp 4000 trilun .

Dari data diatas dan gejolak ekonomi dunia saat ini, artinya fondasi ekonomi kita belum terlalu kuat. Maka pemerintah harus membuat kebijakan agar postur anggaran lebih langsing namun berisi. Selain itu pemberantasakan korupsi juga harus digalakkan agar uang Negara seamat dari tangan –tangan kotor para penjahat berdasi.

Selain ekonomi yang tak kalah penting adalah pembinaan karakter bangsa, yang kian lama makin tergerus jaman. Budaya gotong royong yang terkikis, budaya malu yang hilang, budaya kebersihan yang terbuang, budaya antre yang sulit, budaya toleransi yang acak adut, budaya penghormatan anak pada orang tua yang buyar dan budaya untuk saling nenghormati perbedaan yang kian tersingkir.

Pemerintah harus berupaya memperbaiki segala sendi kehidupan disamping ekonomi juga karakter bangsa yang luntur. Percuma jika Negara ekonominya kuat tapi banyak koruptor, banyak kejahatan, banyak kedholiman dan kemunafkan. Bangsa ini akan kuat jika karakter bangsa kembali pada dasar Negara pancasila . bangsa ini harus bersatu dalam perbedaan dan berbeda dalam persatuan. Maka 71 tahun kemerdekaan Indonesia adalah momentum untuk mewujudkan karakter bangsa yang kuat dan ekonomi nasional yang tangguh. Sehingga bisa membuat masyarakat adil dan sejahtera baik jasmani maupun rohani serta menempatkan Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani bangsa lain di dunia.

Dirgahayu bangsaku Tercinta !

Dudun Purbakala 

Komika Sosial Media

Pemenang 2 Stand Up Comedy PON Jabar 2016

https://www.youtube.com/watch?v=abokprs0_0U

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun