Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kebangkitan Nasional, Bangkit dari Keterpurukan Moral dan Ekonomi

20 Mei 2015   06:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1432078855956280403

Hari ini 20 Mei 2015, bangsa Indonesia memperingati hari kebangkitan Nasional yang ke 107. Dulu Kebangkitan nasional ditandai dengan kemuncualan organisasi massa Budi Utomo sebagai gerakan perjuangan intelektual melawan penjajah. Kini, nuansa jaman sudah berbeda, kebangkitan nasional menjadi symbol kebangkitan melawan kemiskinan, keterbelakangan dan degradasi moral.

Meski bangsa Indonesia telah merdeka 70 tahun, namun kemerdekaan itu belum mencapai tujuan seperti yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Visi bangsa Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur. Hal ini ditandai dengan angka –angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik yakni jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2013 mencapai 11,47 %, 51% jumlah penduduk masih berpendidikan SD pada 2010, dan 4,5 juta warga miskin tidak bisa keluar dari kemiskinan dalam 3 tahun terakhir. Serta jumlah pengangguran terbuka pada februari 2015 mencapai 5,81 %.

Data yang dirilis oleh BPS tersebut menunjukkan bahwa Negara belum mampu menciptakan kesejahteraan secara adil dan merata bagi rakyatnya. Sangat ironi dengan data-data yang dirilis bahwa jumlah orang kaya atau yang memiliki kekasyaan 1 juta US$ di Indonesia (kurs sekarang 13 miliar) berjumlah 100 ribu orang. Sementara pendapatan per kapita penduduk Indonesia tercatat  US$ 3.531 atau dirupiahkan sekitar Rp 41 juta pada tahun 2014. Artinya rata-rata pendapatan penduduk Indonesia adalah Rp 3,4 juta sebulan. Angka ini merupakan nilai diatas UMR tertinggi di Indonesia yang mencapai 2,9 juta rupiah.

Sementara itu dari sisi makro ekonomi, terjadi penurunan antara lain dari sisi pertumbuhan ekonomi kwarta 1 2015 hanya 4,7 %, tingkat inflasi bulan April (year to year ) mencapai 6,7 % dan nilai tukar rupiah masih terpuruk di angka Rp 13,000 per dollar.

Inilah tantangan yang dihadapi oleh pemerintah Jokow-Jk saat ini, yakni megurangi jumlah kemiskinan, meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat dan menggerakan pertumbuhan ekonomo nasional. Melalu Menteri perekonomian, Sofyan Jalil, pemerintah meyakini bahwa target pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 5,7 masih bisa diraih. Meski oleh banyak pengamat ekonomi cukp berat, namun pemerintah tetap optimis. Alasan pemerintah, karena banyak dana APBN yang baru terraliasasi proyeknya baik belanja pegawai maupun infrstaruktur yang baru jalan. Untuk mengejar pertumbuhan ekonomi maka pemerintah akan mengupayakan percepatan penyerapan belanja infrastruktur, mendorong sektor investasi serta meningkatkan kinerja sektor ekspor.

Degradasi Moral

Selain ekonomi, pekerjaan rumah bagi pemerintah yang tak kalah pentingnya adalah meningkatkan moralitas bangsa. Hal ini ditengarai dengan banyaknya kasus yang merebak seperti seorang anak yang menggugat orang tuanya ke meja hijau, orang tua yang menelantarakan lima anaknya, maraknya prostitusi online, penembakan yang dilakukan oknum polisi dan maraknya kasus narkoba.

Pemerintah tidak hanya membenah sector perut (ekonomi) saja, tapi aspek moralitas dan karakter bangsa harus dikelola. Karena bangsa ini mengalami degradasi moral yang luar biasa paska jatuhnya Suharto era 1998 dan berhentinya program pembentukan karakter Pancasila di sekolah. Aspek moral ini perlu ditata melalui pembinaan dan pendidikan baik formal maupun non formal.

Pendidikan formal seharusnya tidak sekadar mengejar aspek kogintif pengetahuan dengan mendapat nilai yang tinggi, namun juga aspek moral berupa nilai-nilai kebenaran seperti kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, keberanian dan kepatuhan. Kurikulum pendidikan sekolah selama ini kurang mengelola aspek yang membentuk peningkatan karakter namun hanya mengejar pengetahuan nya saja.

Selain pendidikan formal, pendidikan informal juga harus degerakaan terutama dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Peranan orangtua untuk mendidik dalam pembentukan karakter putra-putrinya sangat diperlukan. Selain tokoh agama , tokoh masyarakat, dan aparat juga pro aktif untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan pada masyarakat.

Dengan berbagai upaya diatas maka diharapkan tujuan Negara untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dapat tercapai. Selamat mempertingati hari kebangkitan nasional, bangkitlah bangsaku dan teruslah maju menyongosng Indonesia yang gilang gemilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun