Mohon tunggu...
DUDUNG NURULLAH KOSWARA
DUDUNG NURULLAH KOSWARA Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

History Teacher in SMANSA Sukabumi Leader PGRI Sukabumi City

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jokowi Abaikan Kemewahan Istana

14 Desember 2018   10:10 Diperbarui: 14 Desember 2018   10:29 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang guru rasanya Saya perlu memberikan kabar keteladanan seorang pemimpin. Sebagai seorang guru Saya layak mengapresiasi keunikan dari para pemimpin. Mengapa perlu dituliskan? Agar menjadi pembelajaran bagi anak didik dan publik. 

Tulisan ini terdorong dari hasil wawancara Najwa Shihab dengan keluarga Presiden Jokowi. Selain filosofi  kejujuran, kerja keras dan keluarga harmonis ada sisi lain yang mengungkap kesederhanaan. Najwa Shihab "membongkar rahasia" dimana keluarga Presiden "menikmati" kemewahan istana.

Ternyata keluarga Jokowi tidak tinggal menikmati kemewahan istana, melainkan lebih nyaman menempati ruang  sebuah paviliun yang terletak di sudut belakang istana. Paviliun Dyah Bayurini menjadi tempat yang dipilih oleh Presiden Jokowi dan Iriana untuk ditinggali. Bahkan saat-saat tertentu Jokowi lebih memilih tidur di bawah, santai dan apa adanya.

  Presiden Jokowi tidak tinggal di Istana Negara dengan alasan terlalu megah. Jiwa kesederhanaan Jokowi nampaknya menolak menduduki atau menempati sesuatu yang dianggap mewah.  

Dahulu beredar rumor bahwa para pengawal Jokowi justru jauh lebih gaya, keren dan cakep. Sementara Presidennya terlihat sederhana dan tidak bertampang Presiden.

  Bahkan masih ingatkah kita ketika ada acara  sejumlah pimpinan negara asing masuk Gedung Asia Afrika? Ridwan Kamil disangka Presiden. Padahal di situ ada Presiden RI? 

Inilah  sebuah aura natural kesederhanaan seorang Presiden Jokowi. Bahkan Ia pernah mengatakan bahwa dirinya tidak ada potongan menjadi orang besar. Kemewahan dan dunia kegagahan bukan bagian dirinya.

  Jokowi adalah sosok pekerja, bukan orang yang banyak bicara dan banyak gaya di tempat umum. Namun, tuntutan saat ini sebagai kepala negara, Ia harus memahami harapan publik dan harus tampil menyapa rakyatnya. Ia harus terbiasa tampil gagah dan jangan terlalu apa adanya. Kadang konon katanya Paspampres sewaktu, waktu bisa dibuat repot. 

  Jokowi terkadang  bersikap diluar protokoler. Belok kesana, belok kesini dan berhenti di tempat tertentu sesuai keinginannya. Jokowi menunjukan diri sebagai manusia biasa yang tidak terlalu suka dengan protokoleristik yang ketat. Ia adalah manusia biasa dari rakyat biasa yang asing dari kehidupan ningrat para penguasa. Ia berasal dari pebisnis yang  berjiwa merdeka, disiplin dan mengusung etika. Ia mengimitasi sifat Nabi Muhammad yang mengusung kejujuran. 

  Najwa Shihab cukup cerdik membongkar sisi lain kesederhanaan keluarga Presiden Jokowi. Ia tidak tinggal di Istana Negara. Istana negara menurutnya milik rakyat. Ia hadir disana dalam acara kenegaraan dan tuntutan formal sebagai seorang Presiden atas "perintah" rakyat. Jiwa aslinya Jokowi tidak "nyaman" tinggal di Istana Negara. 

Terlalu wow dan bukan dunianya. Padahal sejumlah tokoh nasional sangat memimpikan bisa "menguasai" Istana Negara bersama keluarga besarnya. Jokowi biasa-biasa saja.

  Unique point dari sosok Jokowi akan selalu menjadi kisah tersendiri dalam sejarah nasional kita. Historiografi nasional akan mencatat semua kisah tentang Presiden RI. Setiap Presiden RI akan ada unique pointnya. 

Ini akan menjadi pembelajaran bagi semuanya. Sungguh kesederhanaan seseorang itu terbentuk melalui proses panjang. Tidak mendadak dangdut karena sebagai seorang selebritis.

  Kesederhanaan bukan produk pencitraan dan branding diri, melainkan hasil sebuah proses panjang. Latar belakang keluarga, pendidikan, pengalaman masa lalu dan karakter menjadikan seseorang menemukan jati dirinya. Jokowi menikahi anak seorang guru SD. Ia lahir dari keluarga biasa-biasa saja. Menikahi keluarga biasa-biasa saja. Jokowi  adalah sosok biasa-biasa saja.

  Mengapa sosok biasa-biasa saja kok bisa menjadi seorang Presiden? Pertama, Ia menemukan takdir dirinya yang Allah sudah gariskan. Kedua, Ia mendapatkan keberuntungan dari iklim politik yang sudah sangat lama menjenuhkan dan memuakan bagi masyarakat. 

Masyarakat butuh sosok baru yang datang bukan dari golongan penguasa dan tokoh nasional. Tokoh pinggiran menjadi novelty politik.

  Ketiga, Ia menjadi Presiden padahal biasa-biasa saja, kok bisa. Ya, karena semua calon Presiden atau para pemimpin kebanyakan "luar biasa" dalam pengertian negatif. Pemimpin lain terlalu banyak beban masa lalu, jejak koruptif, jejak konspiratif dan sejumlah kekurangan lainnya. Masyarakat sedang butuh yang baru. Butuh kebaruan (novelty) dalam kepemimpinan saat ini.

  Jokowi sebagai pekerja, keluarga harmonis, jujur, sederhana dan jauh dari KKN membuat dirinya paling ringan dari dosa masa lalu. Gosip, fitnah, hoaxs dan sejumlah caci maki dan hujat di dunia maya yang ditunjukan pada dirinya, adalah sebuah risiko seleb. 

Ia manusia biasa yang penuh kekurangan. Habibie memujinya. Lanyalla, sosok penuduh Ia PKI, kesislamannya bermasalah, asengisasi dll.. Itu semua karena politik. Kini Lanyala datang meminta maaf.

Dalam Pilpres 2019 menang kalah bagi Jokowi adalah sebuah kehormatan. Jabatan sebagai orang no 1 di negeri ini banginya adalah kesempatan berkhidmat, bukan berkhianat. Ia adalah sosok yang sudah selesai dan tak butuh kehormatan. 

Ia hanya butuh mewujudkan kehormatan rakyatnya. Pilpres 2019 adalah "LPTJ" bagi dirinya. Apakah Ia diterima kembali sebagai Presiden atau selamat bersitirahat. Subhanallah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun