Mohon tunggu...
DUDUNG NURULLAH KOSWARA
DUDUNG NURULLAH KOSWARA Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

History Teacher in SMANSA Sukabumi Leader PGRI Sukabumi City

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Agar Siswa Sukses, Indonesia Butuh Guru "Sakti"

27 Maret 2016   10:24 Diperbarui: 5 April 2016   16:42 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Ujian Nasional tingkat SMA. Sumber: print.kompas.com"][/caption]Pada tanggal 4-6 April  Ujian Nasional (UN) jenjang SMA/SMK/MA akan dilaksanakan. UN tahun ini  menjadi berbeda dengan UN sebelumnya. Mengapa demikian? Karena UN tahun ini harus terhindar dari adanya gosip  “tim sukses”  yang identik dengan ketidakjujuran. 

Sebaliknya UN tahun ini harus lebih memunculkan indeks integritas sekolah. Tim sukses tahun ini harus identik dengan kejujuran UN dengan  wajah baru gerakan kolektif menuju UN yang jujur. Integritas kolektif warga civitas akademika sebaiknya menjadi skala prioritas dalam setiap UN.

Berdasarkan data dari Kemdikbud  ada  5 daerah yang memiliki Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) tertinggi adalah Kota Yogyakarta, DIY 82,37%. Kemudian Kabupaten Pangkalpinang, Bangka Belitung 81,32%. Serta, Kota Magelang, Jawa Tengah 81,26%, Kabupaten Belu, NTT 80,61%, dan terakhir Kabupaten Kaimana, Papua 80,37%. 

Bila kita perhatikan dari data Kemendikbud di atas nampak dengan jelas bahwa IIUN Jawa Barat tidak masuk urutan  tertinggi. Padahal IIUN menjelaskan tentang sisi kejujuran dan mentalitas kolektif setiap sekolah.

Demi perbaikan dan citra integritas kejujuran sekolah di Jawa Barat sebaiknya  pada tahun  ini IIUN Jawa Barat  dapat meningkat lebih baik.  Semoga tidak ada lagi “pesanan” dari para kepala daerah dan kadisdik tentang pentingnya kelulusan 100% melainkan berubah paradigma tentang pentingnya IIUN. Kejujuran lebih manusiawi dibanding kelulusan, kejujuran lebih menjelaskan keberhasilan pendewasaan siswa dibanding kelulusan.

Agar habituasi kejujuran dan suksesnya kelulusan  akademik di sekolah berjalan normal dan istimewa maka dibutuhkan guru-guru  yang “SAKTI”. Guru yang  sakti  adalah guru yang Sehat, Agamis, Kompeten, Terampil dan Inovatif (sakti). Guru adalah kunci dari suksesnya membangun karakter siswa.  

Pribadi dan sosok yang paling dekat dan hampir setiap hari bertemu dengan siswa adalah guru. Kepala daerah, kadisdik bahkan kepala sekolah tidak sedekat guru dalam mendidik dan mengajar siswa. Mengingat realitas kedekatan ini maka kehadiran  guru ”sakti” adalah sangat penting.

Guru sehat adalah guru yang berbadan sehat dan mengagungkan akal sehat, segala hal ketidak jujuran tak pernah terlihat dari dirinya. Ia menggiring siswanya sehat dalam segala hal, termasuk dalam kejujuran UN. 

Guru agamis adalah guru yang menjunjung tinggi  ajaran agama yang dianut dan memperlihatkan dalam keteladanannya. Guru agamis  akan mengutamakan kejujuran dibanding kelulusan karena proses baik lebih penting dari hasil

Selanjutnya guru kompeten adalah guru yang memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan siswanya. Secara formal guru kompeten identik dengan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. 

Guru kompeten  akan menularkan seluruh potensinya sehingga  tak perlu lagi siswa berbuat tidak jujur termasuk dalam UN. Guru tidak kompeten akan melahirkan generasi tak kompeten maka bila UN menyontek bisa jadi karena guru tak kompeten dalam mengajari pengetahuan.

Guru terampil pada abad ini semakin dibutuhkan. Bukankah setiap siswa harus memiliki  beragam keterampilan? Terampil menulis, membaca, olahraga, seni, keagamaan, bidang IPA, IPS dan bidang lainnya harus dimiliki para siswa karena keterampilan adalah  bagian dari kesuksesan proses pendidikan

Siapa yang terampil dalam sesuatu dan mendalaminya secara serius maka Ia akan menjadi ahli dan bahkan menghasilkan uang. Keterampilan adalah potensi yang dapat menjadi masa depan seseorang. Guru yang memiliki keterampilan tertentu dan mampu ditularkan pada siswanya akan menjadi bagian dari bekal hidup siswanya pada masa yanga kan datang.

Terakhir pentingnya guru yang inovatif.  Guru yang inovatif akan selalu melahirkan pengetahuan dan alternatif-alternatif baru dalam dunia pendidikan. Kemajuan zaman yang semakin serba berubah menuntut kemampuan inovasi para guru agar mampu memberi jawaban atas berbagai kemandegan dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah tak perlu. 

Terobosan-terobosan baru yang mampu menyegarkan dunia pendidikan sangat diperlukan. Bukankah pendidikan  modern hari ini awalnya adalah pendidikan yang tradisional? Namun dengan adanya inovasi-inovasi pendidikan dan diikuti oleh para guru dalam ruang kelas menjadi lebih dinamis. Guru harus inovatif agar pembelajaran tidak menjenuhkan dan memberi gairah barau  bagi para siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun