Mohon tunggu...
DUDUNG NURULLAH KOSWARA
DUDUNG NURULLAH KOSWARA Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

History Teacher in SMANSA Sukabumi Leader PGRI Sukabumi City

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PGRI, Dari Guru Oleh Guru Untuk Guru

9 Maret 2014   03:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh : Dudung Koswara, M.Pd

(Pemerhati Pendidikan)

Sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI) ini berdiri, guru sudah membentuk organisasi. Organisasi itu bernamaPersatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada tahun 1912. Selanjutnya PGHB berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) pada tahun 1932. Nama Indonesia pada tahun 1932 sangat mengejutkan pemerintah Belanda karena simbol kelahiran nasionalisme, simbol perlawanan politik.

PGI berani “melawan” sistem pemerintahan yang ketat dari kolonialisme Belanda. Menyebut nama Indonesia apalagi mengukuhkannya dalam sebuah organisasi adalah sebuah keberanian yang luar biasa beresiko. Komunitas guru harus berani berhadapan dengan pihak manapun bila bertentangan dengan misi kebangsaan dan pendidikan.

Perjalanan perjuangan para guru dalam “mencerdaskan kehidupan bangsa” dibekukan oleh pemerintah pendudukan Jepang pada tahun 1942an. Para guru tidak pernah “bisa dihentikan” untuk terus berjuang. Pada 25 November 1945 tepat 100 hari kemerdekaan Republik Indonesia para guru membentuk kembali organisasi dengan nama Persatuan Guru Republik Indonesia.

Jadi organisasi PGRImemiliki ikatan historis yang luar biasa dengan keberadaan republik ini. PGRI identikdengan sejarah lahirnyanegeri ini. Didalam tubuh PGRI tersimpan spirit perjuangan gurudan guru pejuang yang tidakbisa dihancurkan oleh kolonialisme sekalipun. Dari guru, oleh guru dan untuk guru.Guru berjuang melalui pendidikan dan organisasi. PGRIini terlahir demi sumbangsih terhadap kemajuan pendidikan bangsa.

Hari ini PGRI tantangannya bukan hanya fenomena ekternal saja melainkan sinergitas internal.Sinergitas internal dalam tubuh PGRI harus lebih solid dan mapan karena kompleksitas tantangan masa depan jauh lebih beragam. Dibutuhkan upaya-upaya cerdas dalam membangun kekompakan di tubuh PGRIdiawali tingkat ranting,pengurus cabang dan kota/kabupaten.

Terutama di tingkat kota/kabupaten diperlukan kekompakan dalam meneguhkan peran dan eksisitensi organisasi PGRI. Banyak jasa perjuangan PGRI yang tidak diketahui oleh anggota organisasi PGRI. Mulai dari perjuangan kesejahteraan dalam wujud sertifikasi sampai perjuangan bantuan hukum dalam wujud Dewan Kehormatan Guru Indonesi (DKGI).Guru tidak boleh miskin dan buta hukum. Begitupun, banyak permasalahan anggota PGRI yang belum teridentifikasi oleh organisasi PGRI. Mulai dari keanggotaan PGRI sampai padakepentingan kenyamanan kerja. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi dan harus nyaman bekerja.

Jasa perjuangan PGRI dan permasalahan para anggota PGRI harus menjadi informasi bersama sehingga langkah organisasi PGRI menjadi seirama dengan dinamika anggotanya. PGRI dari guru, oleh guru dan untuk guru. Mari para guru untuk menghargai perjuangan“leluhur kita”sejak zaman penjajahan yang telah jatuh bangun mendirikan organisasi guru untuk kesejahteraan para guru dan bangsanya.

Hindari apatisme dan “kikir” sumbangan pikiran/tenaga/dana dalam membangun organisasi. Pengurus organisasi harus transparan dalam mengelola anggaran, anggota PGRI harus setia mendanai anggaran organisasi.Trust anggota terhadap pengurus PGRI menjadi prasyarat sirkulasi finansial kehidupan organisasi. Ini zaman sertifikasi bukan zaman kolonialisasi, sebaiknya para guru sebagai anggota organisasi mendukung penuh tumbuhnyaorganisasi PGRI yang solid, bermartabat dan berprestasi.

Sebaiknya perjuangan para guru dalam “kendaraan”organisasi PGRI jauh lebih baik dan berdampak makropada eksistensi para guru dan kemajuan pendidikan di negeri ini. Bersatulah para guru agar perjuangan mencerdaskan kehidupan bangsa jauh lebih ringan. Dari guru, oleh guru untuk guru demi kemajuan pendidikan bangsa hendaknya menjadi spirit bersama.

Jangan kalah oleh semangatnya managemen organisasi orang-orang Yahudi. Mereka minoritas tetapi mengendalikan yang mayoritas. Orang Yahudi begitu serius dalam membangun sebuah organisasi, dana, tenaga dan intelektualitas dicurahkan secara maksimal. Sungguh sangatdisayangkanbilamasih adaguru yang tidak peduli denganorganisasi profesinya. Sebaiknya para guru yang potensial dan terpercaya terlibat secara total pada organisasi PGRI.

Seruan semangat , Hidup guru! Hidup PGRI! Solidaritas yes! Sebaiknya dijiwai dan diaplikasikan dalam geliat organisasi yang lebih hidup, lebih solid dan tentu lebih yes. Semoga tidak ada dusta diantara kita dalam membangun kebersamaan dalam wadah organisasi PGRI. Mari saling percaya dan tidakberprasangka buruk pada pengurus organisasi yang telah berjuang susah paya dan terus bermimpi membangun PGRI lebih baik. Menjadi anggota organisasi itu jauh lebih mudah dibanding menjadi pengurusyang harus bekerja dan mempertanggung jawabkan kinerjanya ditengah kritikan yang terkadang dicampuri cacian. Sosialisasi program/kegiatan dan transparansi anggaran organisasi menjadi hal penting dalam menjawab klaim klasik anggota.

Hal lain mengenai maraknya organisasi profesi guru diluar organisasi PGRI adalah simbol dinamika positif guru dan sekaligus bukti belum membuminya organisasi PGRI. Kalau mau menghargai sejarah perjuang guru yang lahir dari guru, oleh guru dan untuk guru idealnya organisasi profesi guru harusnya bersatu dalamorganisasi PGRI. Organisasi profesi guru yang berserakan dalam wadah-wadah baru menjadi indikasi guru di Indonesia masih belum kompak. Idealnya para “pemimpin” di organisasi profesi luar PGRI bergabung dengan PGRI dan menjadi pengurus didalamnya. Sinergitas kader potensional dari semua guru di Indonesia akan mampu membangun organisasi profesi yang solid dan diperhitungkan.

Selama para guru menganggap organisasi profesi PGRI tidak penting danlebih tertarik berbicara isue sertifikasi, partai politik, jabatan kepala sekolah dll.maka ini menjelaskan ada yang salah dengan kita (guru). Bagi para guru, PGRI jauh lebih penting dari partai politik. Mengapa demikian? Karena PGRI lebih mengedepankanedukasi, etika, silaturahmi dan bukan ambisi kekuasaan. Partai politik identikdengan orientasi kekuasaan, kutu loncat, intrik, friksi,pragmatis dan terkadang anomalis. PGRI idealitasnya netral terhadap dinamika politik dan bermitraterhadap regim yang “mengerti” dimensi pendidikan. PGRI seirama dengan semua elemen yang mencintai dunia pendidikan. PGRI pasti berkawan dengan siapapun yang peduli pendidikan dan memperhatikan guru.

Mari para guru untuk kembali pada rumah sendiri yakni organisasi profesi guru.Bukankah partai politik lahirnya belakangan setelahorganisasi guru lahir? Organisasi profesi guru (PGRI)tidak berpolitik praktis melainkan mencetak generasi berpendidikan yang memahami etika politik yang bermuara pada kesejahteraan bersama dengan fondasi SDM yang handal.

Sebaiknya organisasi PGRI dapat bersinergi dengan semua elemen dalam mewujudkan visi bangsa yang lebih baik. Bangsa ini hanya bisa menjadi bangsa yang besar,diperhitungkan dan unggul pada masa yang akan datanghanya dengan meningkatkan layanan pendidikan. Meningkatnya layanan pendidikan tidak bisa lepas dari peran strategis para guru.Peran strategis para guru hanya dapat dikonsolidasi dengan membangun kekompakan dalam satu wadah bersama yakni organisasi profesi.

PGRI adalah organisasi profesi guru terbesar di Indonesia yang memiliki ikatan sejarah dengan berdirinya republik ini dan memahami pesan “leluhur” para guru agar bangsa ini tetapbersatu, digjaya, bermartabatdan optimis dalam menyongsong masa depan. PGRI yang lahir dari guru, oleh guru dan untuk guru harus terasa manfaatnya bagi internal organisasi dan eksternal organisasi.

Mari para guru bersatu berpelukan erat, seirama dan ikhlas mengabdi sebagai rasa syukur pada Tuhan dalam wadah organisasi profesi PGRI. Semua guru pada dasarnya saudara “seakidah” sebagai pengemban amanah pendidikan. Menjadi guru adalah kehormatan, menjadi anggota organisasi profesi guru adalah tuntutan zaman. Guru dan PGRIidealnya tak terpisahkan, padu dan harmoni. Ending dari semuanya adalah pengabdian pada bangsa sebagai bentuk akuntabilitas profesi terhadap publik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun