Mohon tunggu...
Yulius Maulana
Yulius Maulana Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penikmat kopi yang berprofesi sebagai seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Jam Lima Belas Menit

17 November 2018   03:14 Diperbarui: 20 November 2018   08:23 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di saat yang sama, Lukman mendekati Her yang tengah membuka kap mesin mobilnya. Tanpa diminta oleh Lukman, Her kemudian memberikan penjelasan teknis mengenai kemungkinan penyebab masalah yang dialami mobilnya. Menurutnya, mogoknya itu kemungkinan besar disebabkan oleh kebocoran radiator yang mengakibatkan mesinnya menjadi overheat. Perkiraannya itu didasari pada pengalaman yang pernah dialami beberapa kali sebelumnya.

Her meyakinkan Lukman bahwa dia dapat menangani permasalahan itu sebab segala peralatan yang dibutuhkan untuk menambal kebocoran radiator ada dalam kotak peralatan yang selalu dibawa di mobilnya. Hanya saja untuk melakukan proses penambalan hanya dapat dilakukan jika mesin mobil telah benar-benar dingin yang membutuhkan proses menunggu yang cukup lama, sekitar satu setengah jam. Masalah lainnya untuk dapat memfungsikan kembali mobilnya secara normal adalah tidak adanya air yang dibutuhkan untuk mengisi radiator apabila nanti proses penambalan telah selesai dilakukan. Lukman hanya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan Her tersebut.

Sementara itu, dalam keadaan langit yang mulai gelap serta rimbunnya pepohonan yang lebat membuat Saya terpaksa memfungsikan HP Prita sebagai senter untuk menerangi langkah yang saya pijakkan. Suara peluit terdengar semakin dekat setiap kali saya berteriak memanggil nama Fred. Saya semakin yakin bahwa dialah yang meniupkan peluit itu untuk meminta pertolongan.

18.15

Motor itu kembali datang. Anggi lalu memberikan sebatang coklat yang dibawanya kepada Kevin seraya bergegas menaiki motor tersebut. 

Sesaat sebelum berangkat, Lukman mendekati penjaga hutan itu dan mengatakan sesuatu sambil memberikan sejumlah uang yang diambilnya dari saku jaket Kevin. Penjaga hutan itu tampaknya memahami apa yang disampaikan Lukman dengan pertanda anggukan kepalanya. Motor itupun kemudian melaju membawa Anggi pergi.

18.15-18.45

Sebuah peluit masih menempel di mulutnya ketika saya mendapati Fred duduk bersimpuh di atas jalan setapak yang ditumbuhi dengan reremputan di atas tanahnya yang kering.  Disamping kiri-kanan jalan tersebut nampak semak-semak yang lumayan rimbun dan lebat. 

Setelah berkomunikasi dengannya, akhirnya saya tahu masalah yang dialami Fred. Tongkat alat bantu berjalannya secara tidak sengaja terperosok ke sebuah lubang yang cukup dalam di antara semak-semak di samping jalan tempat dia berada saat itu. Hal itu terjadi karena dia terlalu sibuk mengamati sebuah spesies tumbuhan yang menurutnya cukup langka. Dia tidak menyadari keberadaan lubang itu dan akibatnya tongkatnya terperosok ke lubang itu. Dengan kondisi kakinya itu, Fred kesulitan untuk bisa mengambil tongkatnya dan oleh karenanya digunakanlah peluit sebagai caranya untuk meminta tolong kepada kami yang berada cukup jauh dari tempatnya.  Tongkat itu akhirnya berhasil saya Ambil, kami pun kemudian berjalan pulang menuju tempat berkumpulnya Her dan Keluarga Lukman. 

Suhu udara yang semakin dingin ditambah dengan semakin redupnya cahaya dari HP Lukman dan juga seiring dengan habisnya Coklat dan Snack, membuat Kevin mulai gelisah. Prita yang sangat mengenal keadaan Anaknya itu mengetahui dengan pasti bahwa situasi itu akan membuat Asma anaknya mulai kambuh. Dia kemudian segera menghampiri Lukman dan memintanya untuk segera mengeluarkan obat Asma yang dibawanya lalu meminumkannya kepada Kevin. 

Her yang tidak terbiasa dengan situasi tersebut menjadi agak sedikit khawatir dengan keadaan Kevin. Namun Lukman dapat meyakinkan Her bahwa situasi masih terkendali. Obat yang dibawanya akan membuat Kevin tertidur dan mencegah Asmanya kambuh lebih parah. Benar saja, tak beberapa lama, Kevin pun tertidur lelap.  Her tiba-tiba jadi teringat kepada anaknya yang usianya terpaut tidak jauh berbeda dengan Kevin.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun