Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Love

Pasangan Toxic

5 September 2024   17:59 Diperbarui: 5 September 2024   18:03 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar toxiclovesign.com

Toxic adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu, hubungan, atau lingkungan yang memberikan dampak negatif kepada orang lain. Istilah ini berasal dari bahasa Inggris "toxic" yang berarti beracun.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri orang toxic:

*Suka mengkritik dan menjelek-jelekkan orang lain.

*Selalu mencari perhatian dan ingin menjadi pusat perhatian.

*Egois dan tidak peduli dengan perasaan orang lain.

*Suka memanipulasi orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

*Suka menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka sendiri.

Baca juga: Pasangan Beda Usia

*Suka menyebarkan gosip dan fitnah.

Baca juga: Masa Lalu

*Suka membuat orang lain merasa tidak nyaman atau tertekan.

Jika Anda berurusan dengan orang toxic, sebaiknya Anda menjaga jarak dengan mereka, tidak membiarkan mereka mempengaruhi Anda.

Mencari dukungan dari orang-orang yang positif, memprioritaskan kesehatan mental Anda.

Berikut adalah beberapa contoh situasi toxic: Hubungan dengan orang yang selalu mengkritik dan menjelek-jelekkan Anda, lingkungan kerja yang penuh dengan gosip dan fitnah, keluarga yang selalu bertengkar dan saling menyalahkan.

Jika Anda merasa berada dalam situasi toxic, penting untuk mencari bantuan dari orang-orang yang dapat memberikan dukungan dan membantu Anda mengatasi masalah tersebut.

Berhubungan dengan pasangan yang toxic bisa sangat melelahkan dan memengaruhi kesejahteraan mentalmu.

Berikut beberapa cara yang bisa kamu coba untuk menyikapi situasi ini:

Kenali Tanda-tandanya. Pastikan kamu benar-benar memahami perilaku toxic pasanganmu. Apakah mereka sering mengkritik, meremehkan, atau memanipulasi?

Prioritaskan Diri Sendiri. Kesehatan mentalmu sangat penting. Jangan ragu untuk menjauh sejenak jika kamu merasa terbebani.

Komunikasikan dengan Tenang. Cobalah untuk berbicara dengan pasanganmu tentang perilaku yang membuatmu merasa tidak nyaman. Namun, pastikan kamu melakukannya di tempat yang aman dan saat suasana sedang tenang.

Jangan Menyalahkan Diri Sendiri. Ingat, kamu tidak sendiri dan bukan kesalahanmu jika pasanganmu bersikap toxic.

Cari Dukungan. Bicarakan dengan teman, keluarga, atau terapis tentang apa yang kamu rasakan. Mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat bisa sangat membantu.

Pertimbangkan untuk Berakhir. Jika komunikasi tidak membuahkan hasil dan kamu merasa terus-menerus terluka, mungkin sudah saatnya untuk mengakhiri hubungan.

Tidak semua orang bisa berubah, beberapa orang mungkin sulit untuk mengubah perilaku toxic mereka. Jangan takut untuk memprioritaskan kesejahteraanmu sendiri.

Toxic bukan sifat bawaan karena tidak ada bukti ilmiah yang kuat yang menunjukkan bahwa sifat toxic adalah bawaan.

Meskipun ada beberapa penelitian yang mencoba menghubungkan perilaku tertentu dengan genetika, sifat toxic umumnya dianggap sebagai hasil dari kombinasi faktor-faktor berikut:

*Pengalaman masa kecil: Cara kita dibesarkan, interaksi dengan keluarga, dan pengalaman traumatis masa kecil dapat membentuk pola perilaku kita di masa dewasa, termasuk perilaku toxic.

*Lingkungan: Lingkungan sosial, budaya, dan tempat tinggal juga dapat memengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.

*Pembelajaran sosial: Kita belajar banyak hal, termasuk perilaku toxic, dari orang-orang di sekitar kita.

*Kondisi psikologis: Beberapa kondisi psikologis, seperti gangguan kepribadian narsistik atau borderline, dapat memicu perilaku toxic.

Sifat toxic bisa berubah meskipun sulit, dengan kesadaran diri dan upaya yang tepat, seseorang dapat mengubah perilaku toxic mereka.

Tidak semua orang yang menunjukkan perilaku toxic memiliki gangguan mental, Perilaku toxic bisa menjadi respons terhadap situasi yang sulit atau stres.

Jadi, meskipun ada faktor genetik yang mungkin berperan, sifat toxic lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pengalaman hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun