keluarga tentu berkontribusi untuk keberlangsungan sebuah bangunan rumah tangga.
Dalam hidup bersama, semua komponenHarapannya sih demikian, tetapi pada kenyataannya harapan itu hanya seperti angan saja.
Pada akhirnya ada saja anggota keluarga yang merasa paling berjasa, entah itu suami, istri atau bahkan anak sendiri.
Hal ini menjadi suatu yang tak bisa dihindari, dan merusak tatanan keharmonisan rumah tangga.
Narsissistic Personality Disorder atau NPD merupakan penyakit kejiwaan di mana personal yang terhinggapinya akan merasa diri sebagai orang yang super atau lebih dari pada orang lain.
NPD adalah penyimpangan psikologis dan berdampak buruk pada hubungan sosial antar penghuni rumah bahkan masyarakat umum.
Segala apa yang dilakukan pengidap NPD adalah benar versi sendiri kendati itu merugikan orang lain.
Berbagai cara untuk menjelaskan apa pun menjadi mentah di hadapannya.
Penjelasan logika atau pun ayat suci tak mampu merubah karakter seorang NPD.
Jika NPD ini mengidap salah satu anggota keluarga maka semua akan menjadi susah hati.
Dalam suatu pertemuan besar yang dihadiri oleh para intelektual, seorang pembicara mengatakan. "Bahkan seorang profesor pun akan mati kutu di hadapan anak mertua."
Pernyataan tersebut dia katakan saat mencontohkan perilaku seorang istri NPD.
Slogan "Wanita tak pernah salah," jangan-jangan menjadi pintu masuk dari penyimpangan psikologis ini.
Terkadang fakta ini seolah menjadi pembenar bahwa semua wanita terlihat ingin diposisikan tak pernah salah, dengan kata lain mau menang sendiri.
Padahal kita yakin tidak semua wanita memiliki karakter seperti itu.
Apa yang terlihat tidak mesti menjadi fakta yang sebenarnya, bisa jadi cara wanita ingin dimanja oleh suami maka dia berlaku seolah tidak mau disalahkan.
Namun sayangnya sebagian besar suami menghiraukan lintasan rasa sang istri tersebut.
Jika seorang anak kecil usia 5 tahun meminta tolong ayahnya mengambilkan air minum, bukan berarti dia tak bisa ambil sendiri, kemanjaannyalah yang mendorong dia menyuruh ayahnya untuk ambilkan air minum tersebut.
Begitu pula seorang istri terhadap suaminya terkadang bukan dia tidak mampu melakukan apa yang dia inginkan tapi kemanjaannyalah yang membuat dia seperti banyak permintaan terhadap suaminya.
Suami yang paham dan mengerti apa yang istri mau tentu tidak akan menjadi masalah, tetapi jika suami tidak mengerti bahkan tidak mau tahu permintaannya, ya pertengkaranlah ujung ceritanya.
Jadi hindarilah merasa diri paling berjasa dalam lingkup keluarga, semua anggota keluarga ada kontribusi bagi keberlangsungan hajat keluarga.
Ada banyak hal positif untuk dipikirkan dan dikerjakan bersama dari pada memelihara ego merasa paling berjasa.
Sejatinya merasa berjasa itu hanyalah menunjukkan bahwa kita memiliki sipat sombong yang dalam kehidupan nyata itu sungguh sangat tercela.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H