Kasta (casta) adalah saduran dari bahasa Portogis dan Spanyol yang bermakna keturunan atau suku.
Sementara kasta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti golongan/tingkatan manusia dalam masyarakat.
Kasta masih berlaku pada keyakinan agama Hindu, yang mana masyarakat Hindu terbagi dalam 4 kasta masyarakat: Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.
Dalam Islam tidak mengenal sistem kasta, tapi masyarakat awam di Indonesia masih terpengaruh dengan budaya tersebut.
Bukti dari kuatnya pengaruh tersebut banyak kalangan yang merasa di atas orang lain baik dari kedudukan maupun hartanya.
Tidak dapat dipungkiri ada beberapa kelompok masyarakat yang masih bersikap sok Bossy (merasa jadi bos) dengan mengabaikan martabat orang lain.
Strata masyarakat Indonesia masih terbagi atau terkotak-kotak dalam lingkup sosial-budaya.
Saat perbedaan kasta yang diungkit dalam sebuah rumah tangga maka yang terjadi adalah pertengkaran.
Perbedaan kasta harusnya sudah hilang saat pertama kali dilangsungkannya akad nikah.
Segala perbedaan status harus sudah melebur waktu itu juga.
Sejatinya perbedaan kasta hanyalah memelihara ego bahwa seseorang memiliki status sosial lebih dari orang lain.
Pada faktanya semua manusia terlahir sama, satu sisi punya kelebihan sisi lain pasti ada kekurangan.
Rumah tangga harus benar-benar berpijak pada satu pijakan yang sama yakni pahit manis jalani bersama.
Saat jiwa menyatu maka kasta itu melebur menjadi satu dan menghilang dalam ikatan rumah tangga.
Maka mengapa jika kesepakatan telah terbina dalam bingkai rumah tangga harus tergerus nafsu sesaat, mengungkit kasta yang sejatinya telah tiada.
Demikianlah hidup berumahtangga, tidak akan pernah sepi dari berbagai masalah yang mendera.
Kasta hanyalah pemicu saja saat hati gundah karena dorongan emosi jiwa. Memendam rasa beda kasta hanya membiarkan bom waktu saja yang siap meledak setiap saat.
Fitrah manusia adalah sama semua terlahir tidak membawa apa-apa dan tidak ada pengetahuan apa pun.
Lantas ego manusialah yang membeda-bedakan diri mereka sendiri.
Jika beda kasta akan membuat pernikahan tak bahagia maka seyogianya setiap calon pengantin mempertimbangkannya jauh-jauh hari sebab hal tersebut akan mencederai kesakralan rumah tangga mereka di masa datang.
Di samping mencederai kesakralan rumah tangga, keyakinan beda kasta juga bisa menghina nilai-nilai kemanusiaan di mana manusia setara secara asasi.
Merendahkan seseorang, berarti merendahkan kemanusiaannya. Akal sehat tidak menerima hal tersebut.
Walau faktanya manusia berbeda-beda, ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang sempurna ada yang cacat. Ada yang pintar, ada yang terbelakang.
Itu semua bukan merupakan pembenaran atas penindasan satu sama lainnya.
Semua komponen manusia bisa saling melengkapi untuk saling menyempurnakan.
Apalagi sebagai umat beragama yang berkeyakinan hanya Tuhanlah Yang Maha Sempurna, menjadi fondasi kuat untuk saling menghormati sesama umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H