Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Love

Cinta Beda Agama

6 April 2024   15:40 Diperbarui: 6 April 2024   15:47 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar FAJAR.co.id

Secara naluri manusia akan mencari sesuatu yang dia sukai. Jika seorang pria akan mencari jalan untuk mendapatkan pasangannya yakni seorang wanita idaman.

Kesan pertama yang dilihat seorang pria adalah wajahnya yang menarik, setelah itu baru mencari latar belakang dirinya.

Begitu pun seorang perempuan akan tertarik kepada seorang pria karena ketampanan wajahnya, baru setelah itu dia mencari latar belakang sang pria tersebut.

Ketertarikan itu menafikan segala sesuatu yang logis, bahkan karenanya cinta selalu dikaitkan dengan satu hal yang tidak logis artinya selalu dikatakan dengan cinta itu buta tidak pernah memandang apa pun, tidak pernah memperhatikan untung-rugi.

Saat cinta itu tiba, menerpa kepada seseorang maka yang dia ikuti adalah hasrat cinta dia terhadap orang yang menjadi idamannya. Tak pelak kebutaan itu menuntun dia melabrak segala aturan yang telah lama berlaku di keluarga sendiri atau di lingkungan masyarakat.

Terkadang melabrak sendi-sendi yang bersifat prinsip dan saat itu tidak menjadi masalah karena cinta masih mengemudi dada-dada mereka.

Jika pun ada yang menasihati maka akan dianggap angin lalu dan dianggap sebagai penghalang sebuah rasa cinta yang menurut mereka adalah murni dan suci.

Lalu masuklah jenjang perkawinan, segala yang sebelumnya indah dan manis sedikit demi sedikit menjadi hambar.

Kepahitan dan kegetiran mulai terasa saat terjadi perubahan sikap dari pasangan.

Ucapan-ucapan dari orang dekat dahulu terngiang kembali, penyesalan mulai merambah hati. Tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur penyesalan di akhir tiada arti.

Perbedaan yang sangat prinsip telah dia langgar sehingga bagaimana mungkin dia akan berbaik-baik dengan hukum atau aturan yang telah dia langgar, seperti dalam ajaran Islam bahwa seorang muslim tidak boleh menikah kecuali dengan sesama muslim jika hal itu dilanggar maka aturan main di dalam rumah tangga yang meliputi hak dan kewajiban suami istri akan berbenturan menyangkut hak asuh anak, hak waris, hak perwalian dan sebagainya.

Oleh karenanya umat Islam selalu mengantisipasi agar hal tersebut tidak terjadi.

Bagi setiap muda-mudi jangan sampai melanggar aturan-aturan prinsip ini dengan harapan agar rumah tangga mereka di kemudian hari menjadi mulus dan damai.

Pelanggaran prinsip dari suatu aturan apalagi aturan agama diyakini akan membawa ketidakberkahan bagi rumah tangga dan bertentangan dengan slogan kaum muslimin sakinah mawadah wa rahmah (samawa) tentu itu semua tidak akan tercapai jika kita berpasangan dengan orang yang tidak sekeyakinan atau berbeda dalam keimanan.

Keduniaan yang membuat seseorang menjadi silau justru akan membuat dia menjadi menyesal di kemudian hari.

Sejatinya dunia itu hanyalah kilauan-kilauan fatamorgana saja, sesuatu yang fana, rusak dan hanya berkutat dalam imajinasi, syahwat dan hasrat seseorang. Setelah itu tidak berbekas apa pun bagaikan debu yang bertebaran, beterbangan tiada arti. Beda agama dan beda prinsip akan menimbulkan malapetaka.

Langkah antisipatif lebih baik diambil daripada kita terus selalu mengikuti kehendak hati yang tidak akan pernah puas.

Jangan pernah silau oleh ketampanan dan kecantikan wajah seseorang. Jangan pernah silau dengan wujud budaya seseorang.

Jangan pernah silau karena melihat harta seseorang, semua yang ada di dunia ini fana kehidupan akhiratlah sejatinya yang kekal. Oleh karenanya berpikirlah matang-matang sebelum bertindak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun