Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dakwah dengan Metode Komedi

16 Februari 2024   09:45 Diperbarui: 16 Februari 2024   10:10 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika sebelumnya kita dipertontonkan dengan para selebriti atau aktris yang banting setir menjadi pendakwah, hari ini kita juga diperlihatkan banyaknya para pelaku dunia hiburan dengan genre komedi. Orang-orang panggung yang selalu menghibur audience baik di media mainstream atau di media sosial.

Hari ini mereka tampil sebagai Ustadz atau pelaku dakwah. Apakah salah? Tentu tidak, semua yang melekat pada dirinya identitas sebagai seorang muslim memiliki kewajiban sebagai pengajak kebaikan. Terpenting setiap muslim harus membekali kemampuan ilmunya agar apa yang disampaikan ke sesama muslim yang lainnya itu benar-benar berdasarkan pengetahuan bukan rekayasa atau praduga semata.

Namun bukan berarti kita harus mumpuni baru berdakwah, esensi dakwah adalah menyampaikan kebaikan setelah kita mendapatkannya, baik melalui ta'lim atau yang lainnya.

Sesuai dengan arahan nabi kita Shallallahu Alaihi Wasallam sampaikan dariku walau satu ayat. Yang tercela adalah menambah-nambah atau mengurangi hukum yang sudah ditetapkan Allah dan rasul-Nya.

komedi atau bobodoran dalam istilah bahasa Sunda sangat efektif untuk menyampaikan pesan, bisa jadi hal tersebut merupakan media rakyat sedari dahulu untuk bukan semata hiburan tapi juga untuk menyampaikan pesan kebaikan ataupun kritikan.

Banyaknya pelaku komedian yang turun menjadi juru dakwah merupakan tenaga baru bagi penyebaran syariat Islam. Dengan kemasan ceria dan menghibur dakwah menjadi lebih segar.

Pro-kontra tetap saja ada saat pertanyaan muncul, layakkah seorang komedian berdakwah di atas panggung dakwah sementara dia seorang komedian atau selebriti yang penuh dengan kontroversi.

Diksi layak tidak, merujuk pada subjektivitas bukan hal nyata.

Ada pepatah Arab "perhatikan apa yang dikatakannya bukan siapa yang berkata." Kata-kata bijak ini bermakna siapa pun orangnya jika yang dia katakan adalah kebaikan maka ambillah tapi jika yang dikatakan keburukan sekalipun dari orang yang terhormat tinggalkanlah.

Baca juga: Dakwah Digital

Dakwah bil bodor tetap menyedot masa dalam jumlah besar yang berarti dakwah akan lebih efektif tersampaikan.

Dalam berdakwah jangan ada saling jegal, saling serang hanya karena takut kehilangan lahan dakwah berorientasi uang maka jika ada nilai ikhlas dalam berdakwah berkurang tergores dengan riya dan sumah maka kerugian lah yang akan didapat kita berharap semua elemen masyarakat terus sadar akan pentingnya berdakwah esensi dari dakwah adalah saling nasehat menasehati bukan malah saling memaki dan mencaci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun