Israel Versi Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama, kitab Kejadian, pasal 32 ayat 28 disebutkan "Lalu kata orang itu; namamu tidak akan disebut lagi Yakub tetapi Israel sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia dan engkau menang." maka muncullah tafsir dari ayat tersebut yang menjadikan bangsa Israel menjadi bangsa yang merasa superior, karena jangankan mereka bergumul dengan manusia bergumul dengan Tuhan pun mereka memenangkannya.
Secara nalar ayat ini tidak bisa dipahami karena bagaimana mungkin Tuhan kalah dengan yang dia ciptakan, sementara Yakub sendiri adalah ciptaan Tuhan.
Penyimpangan-penyimpangan karakter inilah yang terus terbawa sedari dulu hingga sekarang, bahwa Israel adalah orang kuat dan turunannya otomatis mewarisi kekuatan dari moyangnya.
Israel dalam bahasa Ibrani terbagi menjadi dua kata yakni Isra dan iel Isra artinya hamba iel artinya Tuhan. Maknanya Israel adalah seorang hamba yang patuh kepada Tuhannya atau dalam bahasa Arab familiar disebut dengan Abdullah karena iel padanan katanya adalah Allah.
Asal makna Israel itu memiliki arti positif yang merujuk kepada seorang rasul yakni Nabi Yakub Alaihissalam seorang hamba Allah yang taat dan patuh. Kemudian anak turunannya disebutlah dengan Bani Israil. Namun kelak di kemudian hari lahirlah orang-orang saleh yang menjadi para nabi dan rasul dan juga banyak dari anak cucu Israel ini keturunan-keturunan yang membuat kerusakan di muka bumi.
Begitu pun akhirnya Bani Israel ini dikenal dengan nama yang dinisbatkan kepada Yahudi. Narasi Yahudi dalam literasi Islam tetap merujuk kepada kebaikan-kebaikan yang artinya orang-orang yang kembali kepada Allah, berharap anak cucu Israel setelah berbuat bermacam kerusakan mereka kembali ke jalan yang benar, jalan yang diridhai Allah.
kemudian literatur Islam menerangkan bangsa Israel ini digiring oleh Allah ke suatu tempat yang dijanjikan yaitu Al-Ard al-Muqaddasah (bumi yang diberkahi), tetapi karakter atau watak orang-orang Yahudi itu selalu menentang dan menyalahi aturan akhirnya mereka tersesat dan selamanya berdiaspora. Padahal mereka cukup mengikuti syarat-syarat saja dari Allah lewat para nabinya maka mereka akan hidup aman dan tenteram.
Al-Ard al-Muqaddasah itu tidak lain adalah bumi Palestina, mulai saat itu Allah haramkan tanah tersebut bagi Bani Israil selama 40 hari. 40 hari dalam hitungan manusia, mungkin juga 40 hari dalam hitungan Allah, ada juga yang menafsirkan 40 hari sebagai 40 generasi.
Wallahu alamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H