Teokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana prinsip-prinsip Ilahi memegang peran utama. jadi kepemimpinan dalam Islam adalah kebijakan yang berlaku dengan dijiwai perintah Tuhan.
Kepemimpinan ala Nabi
Umat Islam dalam sejarah memiliki kepemimpinan yang bercorak teokrasi, yaitu sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sampai 4 khalifah Rasyidah yang menyandarkan segala kebijakannya berdasarkan panduan dari ayat-ayat suci Ilahiyah, bisa bertindak tegas, lugas juga bisa bertindak moderat.
Kepemimpinan nabi ini berjalan atas bimbingan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. kepemimpinan ala minhajinubuwwah ini berakhir sampai khalifah terakhir yakni Ali bin Abi Thalib, dan mulailah zaman fitnah menerpa kaum muslimin.
Dalam kepemimpinan ala nabi ini, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tidak mendominasi kepemimpinan itu sendiri. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai manusia menyadari akan keterbatasan diri, sementara medan dakwah semakin hari semakin luas.
Kepemimpinan ini oleh Nabi disiasati dengan strategi delegasi banyak di antara para sahabat yang menjadi duta dakwah yang menjalankan misi Islam mewakili Nabi Muhammad Saw.
Banyak sahabat yang menjadi delegasi nabi seperti sahabat Mush'ab Bin Umair ke Madinah, sementara Mu'adz Jabal ke Yaman dan banyak lagi yang lainnya.
Pendelegasian Sebagai Tanda Jalannya Kepemimpinan
Sebuah organisasi tanpa pendelegasian sama saja dengan mati suri. Pendelegasian sama dengan regenerasi bagi sebuah organisasi, lembaga atau institusi dan semacamnya. Jika tanpa ada regenerasi maka lambat laun dia akan mati seperti sebuah kisah sejarah yang sampai di akhir halaman, berakhir Pula sejarahnya.
Namun pada sebagian pemimpin ada yang anti regenerasi, bahkan hanya untuk mengerjakan hal-hal yang sepele dia sampai terjun menanganinya sendiri tanpa mendelegasikan kepada orang lain sebagai pelanjut kepemimpinan.
Ada beberapa alasan mengapa sebagian pemimpin tidak mau mendelegasikan tugas mereka sebagai wujud regenerasi. Beberapa alasan yang mungkin termasuk: