Metode hisab dengan kriteria IR ini dapat berpotensi terus terjadinya perbedaan sampai 2050.
Muhammadiyah menyebut bahwa IR ini tidak ada landasan astronomisnya, kecuali kesepakatan-kesepakatan belaka.
Saat MABIMS menentukan minimal 3 derajat sudut ketinggian bulan dan elongasi minimal 6,4 derajat, sementara komunitas muslim Amerika minimal 15 derajat.
Namun NU membantahnya dengan menjelaskan hal ini bukan sekadar angka tawar-menawar, melainkan ada pertimbangan ilmiah.
Rukyatul Hilal
Rukyatul Hilal atau melihat langsung bulan, inilah metode tradisional yang paling pertama dalam menentukan awal bulan kamariah.
Nabi mengisyaratkan saat penentuan awal Ramadan, bahwa satu bulan itu 29 hari tapi jika bulan terhalang awan boleh digenapkan menjadi 30 hari.
Kaum muslimin di zaman nabi mereka menggunakan metode klasik ini, jika Hilal terlihat maka mereka mulai puasa. Jika Hilal belum terlihat maka bulan Syaban digenapkan menjadi 30 hari.
Bersama pesatnya kemajuan zaman, teknologi astronomi pun makin berkembang dengan ditemukannya teleskop. Pemantauan pun menjadi lebih jelas, akan tetapi jika awan terlalu tebal maka tetap saja metode rukyatul hilal ini tidak bisa dipakai.
Perbedaan metode yang ada di kalangan umat Islam hendaknya jangan berkembang menjadi permusuhan. Perbedaan di ranah fikih adalah hal biasa yang harus disikapi dengan bijak.
Â