Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Ritual Ziarah Kubur Menjelang Puasa

20 Maret 2023   16:02 Diperbarui: 21 Maret 2023   13:12 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ritual ziarah kubur merupakan salah satu tradisi yang masih berkembang pada sebagian umat Islam di Indonesia, intensitas ziarah kubur semakin tinggi saat menjelang puasa.

Pada sebagian muslim di Indonesia ziarah kubur merupakan bentuk penghormatan kepada arwah orang tua atau leluhur dan mendoakan agar mereka tenang di alam kelanggengan sana.

Di beberapa negara ritual ziarah kubur ini pun ada seperti di Mesir, Pakistan,Iran, India dan Jepang. Ritual ziarah kubur ini bertujuan untuk menghormati arwah nenek moyang atau leluhur mereka.

Hal ini tidak hanya berlaku bagi umat Islam saja akan tetapi ada orang-orang Hindu yang melakukan ritual semacam ini di India, ada orang-orang Budha yang melakukan ritual ini di Jepang.

Di Indonesia ziarah kubur sangat kental sekali hubungannya dengan ibadah, dalam ajaran Islam ziarah kubur sebenarnya sempat dilarang oleh Rasulullah SallallahuAlaihi Wasallam.

Larangan tersebut dipicu oleh kekhawatiran nabi akan praktik ritual ziarah tersebut. Kala itu masyarakat Islam masih belum kuat akidahnya dan masih terselip dengan ritual jahiliyyah di antaranya ziarah kubur itu menjadi ajang kesyirikan bagi pelakunya. Mereka meminta-minta kepada roh-roh orang yang telah mati dan berharap syafaatnya

Namun ketika dirasa akidah umat waktu itu sudah kuat maka rasulullah ShallallahuAlaihi Wasallam bahkan menganjurkannya.

Teranglah bagi umat Islam bahwa ziarah kubur itu bukan untuk meminta permohonan kepada arwah si mayit, tetapi ziarah kubur hendaknya menjadi pemicu bagi yang hidup untuk lebih giat lagi beribadah karena suatu saat mereka akan menyusul para arwah tersebut.

Akulturasi Budaya Jangan Sampai Berubah Menjadi Sinkretisme

Apaitu akulturasi budaya? Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI bahwa akulturasi budaya adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu.

Beda tipisnya antara budaya dan anutan agama mendidik umat bersikap selektif dan hati-hati dengan mampu membedakan mana yang benar-benar budaya hasil budi daya pikiran manusia, mana yang termasuk aturan agama. Ini semua untuk menghindari pencampuradukan ajaran antara budaya dan agama. Pencampurbauran ajaran itulah yang disebut sinkretisme.

Dalam kamus KBBI disebutkan bahwa sinkretisme adalah paham (aliran) baru yang merupakan perpaduan dari beberapa paham (aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan, dan sebagainya.

Agama Islam mempunyai panduan tersendiri tentang praktik ziarah kubur, tidak sepatutnya umat Islam mencampurbaurkan praktik ibadah dengan adat dalam ritual ziarah kubur sehingga ajaran Islam menjadi samar.

Esensi dari ziarah kubur adalah mengingat mati lain tidak. Praktiknya pun sederhana tidak memberatkan bagi peziarah.

Momentum Puasa Waktu Terbaik untuk Ziarah Kubur

Bagi sebagian warga di Indonesia, ritual ziarah kubur jelang puasa Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk mengunjungi pekuburan.

Tidak ada yang salah dengan kebiasaan tersebut. Keyakinan umat Islam Indonesia akan pentingnya berziarah kubur dapat dinilai positif sebagai gambaran religiusitas mayoritas muslim Indonesia masih terjaga.

Namun ada sebagian komunitas muslim berpaham puritan yang lebih menekankan akan bahayanya campur aduk akidah saat berziarah. Hal yang dikhawatirkan itu seperti praktik tabur bunga di atas kuburan, siraman di atas kuburan dan meminta-minta kepada yang telah mati.

Sungguh pun demikian hal itu semua tergantung kepada niat masing-masing orang, padadasarnya menghindari mafsadat harus lebih diutamakan untuk selamatnya akidah.

Salah satu praktik ziarah yang dikritisi oleh komunitas ini adalah aktivitas tabur bunga dan siraman di atas kuburan dan memohon sesuatu kepada arwah leluhur yang telah mati.

Praktik tabur bunga dan siraman telah ada jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, praktik tersebut merupakan kebiasaan Hindu-Budha sebagai bentuk penghormatan atas jasapara leluhur tersebut.

Meskipun bukan merupakan ajaran Islam yang tertulis, praktik tabur bunga ini umumnya diterima dan dianggap sebagai bentuk penghormatan yang baik dalam budaya masyarakat Indonesia.

Beragam adat dan budaya yang berkembang di Indonesia diharapkan menjadi suatu kekayaan budaya itu sendiri.

Ragam budaya tidak harus mengintervensi kemurnian suatu ajaran, sebaliknya para penganut agama harus terus selektif dalam memilah mana aturan yang boleh menurut akidah dan mana yang termasuk red zone menurut agamanya. 
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun