Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hoax Hantu yang Tak Terlihat

1 Februari 2023   13:13 Diperbarui: 1 Februari 2023   17:49 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari pixabay.com

Hari-hari ini marak berita tentang penculikan anak. Anak-anak di bawah umur kisaran usia sekolah dasar diberitakan banyak menjadi incaran para penculik.

Berita penculikan itu marak tersebar bebas dari mulut ke mulut yang berasal dari info media sosial. Seperti di kota-kota besar Jakarta, Bogor dan Bandung bahkan ada yang di luar pulau Jawa seperti pulau Sumatera.

Maraknya aksi pemberitaan tentang penculikan ini membuat resah para orang tua, ibu-ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar, isi berita sasaran dari para penculik itu adalah anak-anak usia sekolah dasar.

Baca juga: Harga Diri

Pesan beruntun ini begitu menghebohkan kemudian ditambah lagi dengan konten-konten yang dikirim di berbagai kanal media massa, terutama media non mainstream yang sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Namun seperti biasa masyarakat kita adalah masyarakat yang spontan dan cepat dalam merespon berbagai macam informasi walaupun belum tentu kabar tersebut benar atau tidak, bisa jadi berita-berita tentang penculikan itu adalah berita-berita yang bohong, berita yang diada-adakan untuk mencari sensasi dan untuk meramaikan suasana saja.

Penelusuran informasi yang jernih, baik dan bagus adalah salah satu upaya untuk menangkal berbagai macam berita hoax.

Jika tidak mempunyai filter nalar maka berita-berita tentang penculikan, tentang hal-hal yang mengerikan, tentang informasi yang menyesatkan itu akan terus berkeliaran di alam pikiran masyarakat kita, menjelma sebagai hantu yang tak terlihat dan senantiasa akan merongrong kehidupannya.

Terlalu mempercayai berita hoax berakibat pada terhambatnya bekerja, menjadi tidak produktif kemudian memikirkan hal-hal yang belum tentu benar.

Baca juga: Aku Bukan Khadijah

Hal ini terjadi karena banyak mengonsumsi berita-berita yang belum jelas, belum tentu kebenarannya.

Informasi yang datang bertubi-tubi walaupun itu berita bohong dan dibagi ulang secara random sehingga banyak yang mengomentari sampai ratusan ribu orang, bisalah hal tersebut menjadi satu kebenaran.

Kebenaran yang diada-adakan seperti maraknya penculikan anak SD. Pertanyaannya, apakah benar atau tidak banyak anak SD yang menjadi korban penculikan, atau orang iseng yang sengaja menyebarkan hal-hal yang tidak ada sama sekali kebenarannya.

Diperlukan kualitas keilmuan yang sedikit di atas rata-rata untuk bisa memfilter berbagai macam informasi yang datang kepada alam pikiran kita, karena kebanyakan orang awam mereka tidak peduli berita itu benar atau tidak mereka malah ikut berbagi berita tersebut yang belum tentu benar yang jelas berita itu sangat merisaukan bagi seluruh masyarakat.

Banyaknya berita hoax yang berseliweran membuat kebanyakan masyarakat Jadi kurang produktif, hidup penuh dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan.

Bagaimana seorang ibu akan terkesan over protektif terhadap anak-anaknya karena hoax tersebut. Berita hoax itu ada karena kemampuan masyarakat kita yang belum bisa memilih dan memilah berita mana yang fakta, mana yang hoax.

Sumbangan terbesar media sosial salah satunya adalah menyebarkan berita-berita hoax, dengan hitungan menit berita hoax itu telah tersebar dan terbagi tanpa klarifikasi.

Ribuan kali share sangatlah mungkin masyarakat awam akan begitu mudah mempercayainya padahal bagi setiap orang yang jeli atau sedikit meluangkan waktu, sedikit saja untuk cek fakta di beberapa web berbasis fakta pemberitaan maka akan nampak jelas mana yang hoax dan berita mana yang bisa dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu kemampuan mempercayai suatu berita berbanding lurus dengan kecakapan seseorang di dalam menerima berbagai informasi.

Tanpa memiliki kecerdasan untuk menangkap sebuah informasi kemudian mengolahnya maka dia akan menjadi korban dari berita-berita hoax.

Bagi para penyebar berita hoax sesungguhnya kerugian bagi mereka, karena mereka telah berbuat meresahkan kehidupan masyarakat hanya sekadar untuk menghangatkan suasana atau hanya sekadar untuk mendapatkan Cuan saja.

Perbuatan yang tercela ini hendaklah dihentikan oleh siapa pun yang merasa memiliki tanggung jawab sosial untuk memberi kedamaian masyarakat umum.

Dulu awal tahun 2000-an heboh suara dari neraka yang muncul dari dasar sumur tua di Siberia, padahal kenyataannya suara jeritan-jeritan itu adalah hoax.

Suara jeritan itu merupakan backsound dari satu film yang berjudul Baron blood kemudian direkayasa seolah-olah itu jeritan dari sumur bor Siberia.

Awal tahun 2021 muncul hoax seorang astronaut Austria terjun bebas dari ketinggian 128.000 kaki dari pesawat luar angkasa menempuh jarak sejauh 1.236.000 KM, mencapai bumi dengan waktu 4 menit 5 detik saja, kenyataannya itu adalah hoax.

Faktanya ia adalah seorang penerjun profesional bernama Felix Baumgarnert yang menaiki balon gas kemudian dia mencapai ketinggian tertentu dan terjun bebas. Ini merupakan terjun bebas tertinggi, sementara untuk menuju luar angkasa masih sekitar 100 KM lagi.

Terakhir adalah hoax tentang penculikan anak-anak SD yang terjadi di berbagai kota yang ada di Jawa Barat, bahkan sampai menyeberang ke Sumatera.

Bijaklah dalam menerima informasi, bijaksana dalam bermedia sosial jangan langsung menelan bulat-bulat informasi yang datang ke kita. Hendaklah kita mempunyai filter untuk menyaring setiap informasi dan menggunakan nalar sehat apakah masuk akal atau tidak jangan malas kita akan menyaring setiap informasi yang datang ke kita agar tidak menyesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun