Salah satu ciri khas istri ahli surga adalah ketika dia dipandang oleh suaminya, membuat hati suami tertarik.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya; "Wanita yang bagaimana yang paling baik?" Beliau menjawab: "Jika dipandang (suami) ia menyenangkan, jika diperintah ia taat, dan ia tidak menyelisihi suaminya dalam perkara-perkara yang dibencinya, baik dalam diri maupun harta" (HR. Ahmad)
Demikian apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Tentu hal ini membuat penasaran bagi kita apakah yang menarik dipandang itu adalah pandangan mata zahir atau yang menurut dipandang itu termasuk karakter dan sifatnya.
Sehingga membuat para suami menjadi tertarik dan berlama-lama dalam memandangnya.
kalau kita melihat teks hadis di atas Rasulullah menggunakan kata melihat memakai kata nazhara artinya melihat dengan mata kepala.
Dengan demikian apa yang dimaksud oleh Rasulullah itu kurang lebih adalah seorang istri begitu menarik saat dipandang mata suaminya dengan mata zahir.
Oleh karenanya para istri dianjurkan untuk bersolek di depan suami sebagus mungkin.
Seyogianya penampilan yang menarik itu tidak harus dihiasi dengan hal-hal yang mewah. Sikap yang ramah, baik, selalu tersenyum itu sepertinya cukup membuat suami tertarik hatinya.
Begitu mudahnya pintu surga terbuka secara lebar bagi seorang istri, cukup hanya dengan memberikan sesuatu yang menarik pandangan bagi suaminya. Dia sudah mendapatkan tiket surga dari Allah.
Namun tentunya juga ada konsekuensi dari seorang istri ketika berlaku sebaliknya, saat dia tidak menarik dipandang oleh suami, tidak membuat betah suami, mengesalkan hati suami.
Kita sering kali mendengar para penceramah menerangkan, bahwa penghuni neraka itu kebanyakan para istri yang membangkang terhadap suaminya.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
"Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita." Mereka bertanya, "Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Disebabkan kekufuran mereka." Ada yang bertanya kepada beliau, "Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?" Beliau menjawab, "(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, 'Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu'." (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).
Para istri menafikan kebaikan-kebaikan suaminya gara-gara dia kesal sekali saja.
Kebanyakan para wanita penghuni neraka itu adalah para istri yang membangkang kepada suaminya tidak mampu memenuhi kewajibannya sebagai istri.
Di sini perlu digaris bawahi pada perkataan para penceramah bahwa kebanyakan penghuni Neraka itu adalah wanita.
Hal itu masih belum lengkap karena akan mengandung salah persepsi bahwasanya penghuni neraka itu kebanyakan wanita.
Padahal kebanyakan penghuni neraka itu tidak hanya wanita tetapi dari kalangan lelaki juga banyak jadi penghuni neraka.
Bahkan wanita pun tidak berlaku general, karena karakter wanita yang lain juga bisa tergelincir ke jurang api neraka seperti para wanita pezina, pemabuk, pengumpat dan semacamnya.
Adapun dalam hal ini yang diterangkan dalam hadis di atas adalah dari semuanya kejelekan-kejelekan yang dilakukan oleh para wanita itu yang paling banyak dan tidak merasa berbuat dosa adalah saat mereka membuat hati suami marah dan tidak ridha kepada perbuatan mereka.
Maka wanita tipe itulah potensinya lebih besar menjadi penghuni neraka daripada sebab kesalahan-kesalahan yang lainnya.
Kesederhanaan dan kesahajaan lebih baik daripada bersolek dengan cara tabarruj (glamor).
Para suami jangan menuntut lebih dari sang istri, karena kelakarnya jika ingin melihat istri cantik maka perlu modal dari sang suami untuk membeli berupa kecantikannya tersebut.
Artinya indah dipandang itu adalah lebih bersifat kepada akhlak, budi pekerti.
Ketertarikan suami terhadap istri bukan hanya sekedar terpikat dalam segi fisik saja, tapi tutur katanya yang lemah lembut dalam melayani suami.
Semuanya itu kembali kepada saling menghargai antara suami dan istri dengan harapan terciptanya keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah seperti yang dicita-citakan semula ketika akad dilangsungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H