Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Rumahku adalah Surga Bagiku

20 September 2022   11:47 Diperbarui: 20 September 2022   12:07 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baiti jannati, (rumahku adalah surgaku), kalimat tersebut sering terngiang tatkala seorang ustadz membahas dalam sebuah ceramahnya bertema keluarga.

Apa makna sesungguhnya tentang baiti jannati tersebut. Jika rumah dianalogikan sebagai surga yang penuh dengan kenyamanan, ketenangan dan semisalnya maka paling tidak dari slogan itu diharapkan memiliki rumah tangga atau keluarga yang penuh dengan hal-hal baik tadi.

Laksana surga yang di dalamnya tidak ada kebisingan, tak ada konflik dan ketegangan. Maka bagi penghuni rumah pun diharapkan mendapatkan sifat dari surga tersebut.

Pertanyaan selanjutnya bisakah kita yang hidup di dunia hingar bingar penuh dengan permasalahan dapat menghadirkan surga di rumah.

Ya, itu idealnya paling tidak kita bisa mendekati sifat surga tadi.

Lantas komponen apa saja yang mesti menjadi syarat hadirnya sebuah rumah laksana surga itu. Tentu akan ada banyak faktor penunjang untuk itu.

Antara lain:

Pertama, kemampuan kepala rumah tangga yakni suami dalam mengondisikan anggota keluarga agar bahtera keluarga tetap dalam koridor ketaatan kepada Tuhan. Karena dengan menaati perintah Tuhan berarti kita berharap mendapat ketenangan batin karena dari Dialah sumber ketenangan itu.

Bagaimana mungkin kita berharap sesuatu yang Tuhan sifatkan sementara kita tidak mengindahkan syarat-syaratnya.

Kedua, karena sifat surga itu tidak ada hal yang sia-sia di dalamnya maka sebuah rumah tangga yang berharap seperti surga harus menghilang segala hal yang berbau sia-sia atau hal yang tidak bermanfaat.

Seperti pertengkaran kecil sesama anggota keluarga sebisa mungkin harus dihindari, ataupun hasrat untuk memiliki sesuatu di luar kemampuan ekonomi dan semisalnya.

Seluruh anggota rumah hendaknya paham akan tugas dan perannya masing-masing.

Peran tersebut adalah:

Pertama, peran orang tua. Seorang ayah sebagai kepala rumah tangga haruslah berbaik-baik kepada seluruh anggotanya. Sebagaimana sabda Nabi Saw.,

"Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR Tirmidzi).

Menciptakan suasana rumah yang laksana surga memang tak semudah harapan, bukankah sebelum nabi Adam terusir dari surga, ternyata ada setan yang membersamainya di surga.

Maka sebelum mendapatkan surga yang hakiki harapan untuk mewujudkan surga itu tetap ada walaupun bisikan setan begitu menguat sejalan kuatnya harapan kita untuk mewujudkan baiti jannati.

Sosok ibu pun tak kalah penting untuk membuat seisi rumah tetap tenang dan tenteram.

Jika ibu bertemperamental buruk maka suasana rumah akan penuh dengan ketegangan, karena biasanya seorang wanita sering kali mudah meluap emosinya saat melihat seisi rumah berantakan atau menghadapi anak-anak yang susah diatur, entah karena susah dibangunkan atau susah disuruh saat sang ibu meminta bantuan untuk sesuatu hal.

Ibu yang temperamen tentunya tidak akan membuat rumah menjadi tenang dan nyaman. Karakter ibu yang bijak sangat mendukung terciptanya suasana rumah yang tetap kondusif dan tenang laksana di surga, anak-anak merasa betah di rumah karena mereka mendapatkan kenyamanan di dalam rumah daripada bergaul dengan teman-teman.

Cerita anak broken home tentunya berasal dari keluarga yang jauh dari kesan kenyamanan sehingga sang anak mencari kenyamanan di luar dengan cara mereka sendiri.

Kedua, peran pendidikan agama dan pengetahuan etik. Tak bisa dipungkiri peran agama merupakan pembatas dari ke ugal-ugalan bertindak dan berkata.

Dengan agama seseorang mampu mengendalikan dirinya agar tidak terjebak dalam desakan emosional yang berasal dari hawa nafsu semata.

Ditambah dengan pengetahuan etik yang berasal dari budaya lokal yang merupakan aturan-aturan tak tertulis dan disepakati kebaikannya.

Contoh, seorang anak harus berkata dengan bahasa lembut kepada orang yang lebih tua usianya, membungkukkan badan saat melintas di depan orang tua dan perilaku baik lainnya sebagai modal dasar mencapai keluarga yang menghadirkan surga di rumah sendiri.

Rumahku adalah surgaku harus diwujudkan semaksimal mungkin, seolah belajar suatu saat kelak harapan masuk surga sekeluarga benar-benar menjadi kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun