Landasan ketaatan dalam Islam sangatlah jelas selama itu tidak melanggar batas syariat kita wajib taat kepada orang tua.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 8).
Sampailah kita ke usia tua maka kita pun tak akan beda terjangkit "penyakit- penyakit ketuaan" rasa senioritas sangat tinggi.
Merasa senior dalam segi usia dan pengalaman bisa menjebak kita terjerumus ke jurang egoisme pribadi. Siapa pun yang lebih junior maka harus tunduk dan mengikuti arahannya. Padahal sejatinya dalam kehidupan nyata ini tidak ada senioritas, kecuali dalam tatanan lembaga tertentu.
Beda usia bukan berarti satu sama lain dibolehkan untuk saling menjatuhkan. Usia hanyalah bilangan waktu saja namun skill dan SDM tergantung cara mengasah kemampuannya masing-masing Kadang rasa senioritas inilah yang "menindas" kreativitas anak muda.
Mereka menjadi vakum dalam mengeksplorasi kemampuan diri. Banyak pengetahuan-pengetahuan yang lewat begitu saja gegara tidak mau melampaui senior.
Menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya seringkali terasa sulit. Tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua semua mengalir begitu saja.
Maka pendidikan informal sangat diperlukan bagi setiap calon orang tua atau yang sudah terlanjur menjadi orang tua.
Pengetahuan informal biasanya didapat dari komunitas-komunitas majelis taklim atau konsultasi sosial dari dinas kesehatan melalui posyandu-posyandu.
Bagi orang-orang yang mempunyai uang lebih mereka mengikuti bimbingan-bimbingan atau konseling rumah tangga sebelum menikah.