Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkaca dari Keluarga Ibrahim As

15 Juli 2022   08:55 Diperbarui: 15 Juli 2022   10:09 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari Boombastis

Suatu hari dia melihat matahari yang sangat terang benderang, dia pun berujar ini dia pasti sang penguasa alam karena selain menerangi dia juga terlihat sangat besar. Tatkala matahari tenggelam dia pun yakin bahwa matahari itu bukan Tuhan karena Tuhan tidak mungkin tenggelam.

Dalam masa tugas kerasulannya Ibrahim berkonfrontasi langsung dengan ayahnya, orang-orang sekitar dan bahkan dengan penguasa waktu itu dialah Namruz.

Nabi Ibrahim mengalami intimidasi fisik maupun psikis. Dan puncak dari kejengkelan kaumnya terhadap dakwah Ibrahim adalah peristiwa pembakaran jasad nabi Ibrahim As.

Konfrontasi terjadi dilatar belakangi dengan perdebatan Ibrahim dan kaumnya tentang siapa yang menghancur berhala-hala penduduk desa di aula pemujaan.

Ketika semua menuduh Ibrahimlah pelakunya, dia mengelak dan malah menunjuk ke berhala yang paling besar.

Tentu warga marah dibuatnya seketika juga mereka naik pitam dan terjadilah peristiwa pembakaran itu.

Semua kisah ini Allah ceritakan dalam QS. Al-Anbiya: 51-73.

Banyak fakta dalam kehidupan serupa dengan kisah nabi Ibrahim yakni perbedaan keyakinan antara anak dan orang tua.

Terus bagaimana sikap kita ketika ada dalam posisi seperti nabi Ibrahim?

Nabi Ibrahim adalah teladan umat sepanjang masa, bahkan tiga agama besar dunia semua menginduk kepadanya. Dan Ibrahim dijadikan pokok dari ajaran agama langit oleh tiga agama tersebut yakni Islam, Nasrani dan Yahudi.

Tetap taat dan berlaku baik terhadap orang tua. Ibrahim pernah menawarkan kepada ayahnya untuk memintakan ampun kepada Allah, namun sang ayah malah mengusirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun