Seorang pemimpin harus menjaga tiga hal tersebut, mulai dari menjaga pandangan, emosi dan hasrat. Jika calon pemimpin terbiasa jiwanya dilatih dengan puasa, maka dia akan menemui kemudahan dalam kepemimpinannya.
Seorang pemimpin terlatih menahan makan, minum dan syahwat di siang hari karena tunduk dan taat akan perintah Allah. Meskipun dia bisa makan dan minum bersembunyi dari kebanyakan orang namun jiwanya tahu bahwa ada yang Maha Tahu sedang mengawasi gerak geriknya setiap saat.
Saat dia menjadi pemimpin ada kesempatan memanipulasi data dan lain sebagainya tapi dia tahu ada yang Maha Tahu sedang mengawasinya. Itulah pemimpin hasil pelatihan saat Ramadan.
Pemimpin yang baik lahir dari latihan yang baik pula, salah satunya latihan sebulan penuh saat Ramadan. Sehingga pantaslah jika dikatakan bahwa Ramadan merupakan bulan latihan bagi calon pemimpin.
Bekal spiritual yang dimiliki oleh calon pemimpin akan membimbing dirinya dalam memimpin sebuah komunitas atau jawatan. Dan yang paling pokok adalah mampu memimpin diri sendiri agar tetap menjalani hidup sesuai norma agama.
Dari puasa inilah sebulan kita dilatih, untuk terjun di dunia sebenarnya sebelas bulan ke depan. Saum Ramadan ini menjadi ajang latihan dasar kepemimpinan.
Siapa-siapa saja yang tulus dalam mengikuti step-nya maka dia akan meraih apa yang dia inginkan yakni ketangguhan mental tidak cepat merasa lemah diri.
Pemimpin inilah yang menjadi dambaan seluruh rakyatnya. Karena modal utama dari seorang pemimpin adalah dia amanah dan tak pernah sedikit pun untuk mengkhianati rakyatnya. Semoga selepas puasa tahun ini banyak lahir kader-kader pemimpin baru yang memiliki sikap mental dari hasil tempaan satu bulan lamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H