Namun pagi itu jiwaku tersentak ketika aku mendengar berita dari tetanggaku saat berbelanja di warung sebelah, dia katakan pernah melihat suamiku berdua dengan seorang wanita berboncengan dan kelihatannya mereka berdua mesra sekali.
Mendengar apa yang dikatakannya hatiku serasa bagaikan kaca pecah berkeping-keping darahku serasa mendidih naik sampai ke ubun-ubun.
Sejurus kemudian kutarik nafasku dalam-dalam dengan harapan hati ini sedikit tenang. Aku buru-buru pulang ke rumah, kutatap bayi mungil yang selalu menjadi penyemangat hidupku, hati ini sedikit terobati.
Hari mulai beranjak malam, suami belum kunjung pulang juga. Sebenarnya mata ini sudah sangat ngantuk sekali tapi rasa kecewa terlalu besar dan mengalahkan rasa kantuk itu.
Hanya satu pertanyaan saja yang ingin ku ajukan padanya, apakah yang dilihat tetangga itu benar? Tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka, mungkin suamiku pulang, dia pegang kunci ganda juga.
Tanpa berlama-lama Aku pun langsung menghampirinya. Dan tanpa basa basi Aku langsung ceritakan apa yang siang tadi kudengar.
Mendengar pertanyaan itu suamiku berubah raut mukanya sebentar, lantas membuang muka seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Aku ngantuk sekali, sudahlah besok pagi saja kita bahas," katanya sambil melemparkan diri ke atas kasur. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Aku tak melupakan tugasku membuatkan secangkir kopi untuk suami.
Aku mulai pembicaraan dengan bertanya, "Mas, apakah benar apa yang dikatakan tetangga kita kemarin soal kamu berduaan dengan wanita lain, coba Mas jelaskan!" kataku. "Baiklah, Aku jelaskan" katanya.
"Sebenarnya yang aku bonceng kemarin itu teman satu pekerjaan mas jadi bukan siapa-siapa dan kamu jangan pernah dengar kata orang lain, percaya saja sama suamimu," jelasnya.
Hatiku sedikit lega mendengar penjelasnya sepertinya masuk akal juga. "Ya sudah kalau emang benar itu temanmu tak masalah, tapi awas jangan coba-coba main belakang ya?" ancamku. "Iya...iya, "sergahnya.