Jika saja Nabi SAW dan para sahabat waktu itu menyerah maka tentulah Islam tak semarak seperti hari ini. Berkat kegigihan Nabi dan para sahabat serta di ikuti oleh para pelanjut dakwah maka syiar Islam makin merebak.
Namun ada pula orang-orang yang enggan berjuang mau enaknya saja tanpa mau bersusah payah. Minta hasilnya saja seperti kaum nabi Musa as.
Tatkala ada perintah perang bagi mereka mereka malah berucap kamu dan Tuhanmu sajalah yang berperang kami menunggu di sini saja.
Jadi jelas seperti orang bilang, hasil hanya akan di dapatkan oleh usaha, tanpa adanya usaha takkan mungkin menghasilkan sesuatu.
Begitu pula rupanya kita dalam menegakkan kalimat Allah tidak mungkin tanpa adanya usaha saling menasihati, saling mendakwahi, Islam akan tumbuh dan berkembang.
Berkat jasa para Mubalig lah syiar Islam mendunia. Islam rahmatan lil alamin agama yang tidak memaksakan kepada siapa pun untuk memeluknya. Tapi benar-benar wujud agama moderat penuh dengan toleransi tak pernah mengajarkan kepada penganutnya untuk membenci namun lahir untuk saling kasih- mengasihi, sayang- menyayangi.
Berkat para dai yang gigih inilah sinar Islam merasuk ke setiap pelosok negeri seantero dunia. Wujud kerja keras inilah yang di namakan jihad.
Kesungguh-sungguhan untuk menyebarkan agama dan rela mengorbankan harta, jiwa dan raga tanpa berharap apa pun selain keridhoan-Nya, sehingga apa yang mereka kerjakan berbalas surga.
Jadi benarlah yang duduk tidak sama dengan yang berjihad di jalan Allah Ta'ala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H