Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritik Terhadap Para Pencela Dakwah

19 Juli 2021   10:30 Diperbarui: 19 Juli 2021   14:36 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: englishcafe.co.id

Bagaimana mungkin risalah ini akan sampai jika belum apa-apa sudah ada yang mencela, para pencela pun terkadang bukan orang lain, tapi dari kalangan internal sendiri.

Sedangkan dakwah ini perlu support dari berbagai pihak namun apa dikata bahwa setiap perjuangan itu memang ada tantangannya. Kritikan itu ada dua macam yaitu bersifat konstruktif dan destruktif.

Konstruktif adalah setiap kritikan yang ditujukan untuk memperbaiki arah perjuangan sehingga para pelaku dakwah itu tak lepas arah berjalan tetap diatas koridor Ilahi, meliputi niat yang ikhlas dan manajemen dakwah yang baik dan rapih.

Sementara kritikan yang bersifat destruktif adalah kritikan yang membabi buta yang berasal dari kedengkian hati. Mungkin takut tersaingi, atau ketakutan alasnya di ambil dan ketakutan-ketakutan tak berdasar lainnya.

Namun bagi pelaku dakwah janganlah pesimis malah sebaliknya harus tetap optimis jadikan semua kritikan sebagai cambuk yang menyemangati setiap gerak langkah dakwahnya.

Sejatinya celaan-celaan itu tidak akan berdampak sedikit pun terhadap langkah-langkah dakwah yang sudah dijalani.

Semangat itu datang dari Allah, Dia berfirman  dalam Al-Maidah ayat 54 yang berbunyi "Mereka berjuang di jalan Allah dan mereka tidak merasa takut celaan para pencela."

Selama  apa yang kita kerjakan kita yakini kebenarannya. Serta dalam koridor petunjuk Allah maka apa yang mesti kita takuti.

Bukankah para Nabi pun banyak liku-liku nya dalam menyebarkan agama Allah, bahkan Rasulullah SAW.  Pernah dilempari batu sampai berdarah, pernah diancam pedang dan berbagai macam rencana pembunuhan lainnya.

Para sahabat banyak yang disiksa dijemur sampai kepanasan dan kepayahan seperti Bilal bin Rabah. Ammar bin Yasir dan banyak sahabat lainnya.

Para ulama salaf di penjara habis bertahun-tahun hidupnya dikurung dalam penjara namun tekad baja tak menyurutkan semangat dakwahnya bahkan makin menggelorakan hasrat untuk tetap jihad fi sabilillah.

Jadi apakah kita akan terpengaruh hanya oleh cercaan, celaan yang bahkan tak pernah melukai tubuh sedikit pun. Sudah lah jangan terlalu lebay, tetaplah berdakwah sampai tetes darah penghabisan biarkan para pencela asyik dengan celaannya.

Makin banyak kita dicela, semoga menjadi penghapus amal keburukan kita. Bagi para pencela hendak lah introspeksi diri barangkali ada sisi keburukan ada pada diri-diri nya.

Jangan pernah melihat keburukan orang lain dengan satu kaca mata saja atau dari satu sudut pandang saja.

Sehingga apa yang disimpulkan menjadi tidak objektif, jangan karena kebencian kita pada satu kaum membuat kita tidak berlaku adil kepada nya. Berlaku adillah karena itu lebih dekat kepada ke takwaan.

Begitu apa yang Allah nasihatkan dalam ayatnya. Jangan pernah mencaci satu kaum karena bisa jadi kaum yang dicaci itu lebih baik daripada pencaci. Jangan pernah membenci, jangan pernah hasud, jangan pernah iri dengki dan segudang larangan Tuhan lainnya yang berkaitan dengan kebusukan hati.

Berlapang dadalah, selalu berpikir positif apalagi terhadap saudara seiman dan  seagama. Jika tidak bisa memberikan dukungan material berilah dukungan secara moril atau lebih baik diam. Karena diam itu lebih bijaksana karena itu sedikit sekali yang melakukannya.

Ada satu filosofi sunda "Ulah sok ngeundeuk-ngeundeuk imah sorangan." 

Artinya jangan pernah bikin rusak rumah sendiri karena jika satu saja atap genteng yang bocor maka seluruh penghuni rumah yang rugi.

Itu bagi mereka yang ada di dalam "rumah besar"(perkumpulan), tetapi selalu memberi celaan-celaan yang destruktif.

Sementara bagi mereka yang ada di luar lingkaran perjuangan maka bagi mereka marilah bersaing sehat raih hati umat dengan prinsif-prinsif saling menghormati, penuh kesantunan.

Dan tingkatkan sportivitas tak saling menjatuhkan apalagi menampakkan permusuhan dengan membuat hasutan-hasutan yang akhirnya merugikan diri sendiri.

Tetaplah menjadi serigala yang berbulu serigala jangan menjadi serigala berbulu domba. Karena jika ketahuan bahwa ada seekor serigala di tengah kumpulan domba maka para domba tak segan menghukum sang serigala.

Persaingan apa pun namanya tetaplah harus dilandasi dengan semangat yang positif karena apa yang akan kita wariskan untuk generasi esok adalah kebaikan-kebaikan.

Selama kebaikan-kebaikan itu terus termanfaatkan maka pahala kebaikan pun akan terus mengalir kepada sang pioneer kebaikan tersebut. Sebaliknya jika apa yang diwariskan itu merupakan suatu kejelekan maka balasan kejelekan pun akan di rasakan nya juga.

Tampaknya bertabayyun atau klarifikasi merupakan cara terbaik agar tidak terjadi kesalahpahaman akibat informasi yang simpang siur. Kemudian hindarilah justifikasi agar tidak terjadi misskomunikasi.

Dan semuanya kembali ke pos masing-masing sebagai pelaku dakwah sehingga terciptalah ke kokohan dakwah yang di idam-idamkan selama ini.

Ada pun perbedaan-perbedaan yang ada selama ini anggap saja seumpama harmoni sebuah irama karena berbeda maka menjadi indah. Biarlah tak seragam dalam metode namun sama dalam langkah.

Kritikan, masukan yang membangun bisa di anggap laksana obat biar pun pahit rasanya tapi khasiatnya mampu menyembuhkan dan menyehatkan badan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun