Pesan Tradisi dan Peran Media
Seni Bela Diri Pencak Silat, merupakan budaya warisan nenek moyang bangsa Indonesia, khususnya dari daerah Sunda dan Sumatera. Seni beladiri asli Indonesi sendiri bukan hanya Pencak Silat, di berbagai daerah memiliki kekhasannya masing-masing. Di Sunda sendiri masih ada Benjang yang berasal dari dareah Ujung Berung Bandung. Di daerah Kalimantan sendiri ada seni beladiri dengan nama Peso Dayak.
Seni-seni tradisi tersebut walaupun tidak disupport secara langsung oleh pemerintah, namun tetap hidup di tengah-tengah masyatakat karena sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat itu sendiri. Karena hidup dan popular di masyarakat, maka seni ini diangkat menjadi salah satu Cabor di PON kemudian naik ke tingkat yang lebih luas, SEA Games dan Asian Games. Namun seiring masuknya berbagai seni beladiri dari luar, sedikit demi sedikit seni beladiri dari daerah yang memiliki kekhasan sebagai budaya asli bangsa Indonesia tersebut tergeser. Anak-anak yang bersekolah di sekolah secular barangkali akan lebih bangga dan lebih mengenal seni bela diri Karate dari pada seni Pencak.
Namun seiring dengan kesadaran lokalitas yang kembali mendengung, media mulai menyorot kembali kegiatan-kegiatan yang berbau tradisi, baik berkaitan dengan seni ataupun hal lainnya. Padahal tentu saja, jika tradisi-tradisi tersebut tidak disorot media, mereka pada dasarnya akan tetap hidup, karena sudah mendarah daging dengan masyarakat. Hanya saja, dengan publikasi besar-besaran budaya lain oleh media, lambat-laun seni tradisi tersebut akan luntur dan menghyang tinggal kenangan sebagaimana halnya kaulinan barudak yang kini hanya ada dalam pentas-pentas formal belaka.
Beruntunglah, arus kesadaran lokalitas mulai menggunggah industry media, bahwa kini, seni dan budaya dari masyarakat lokal adalah sesuatu yang dapat menjual dan memiliki nilai jual tinggi kepada dunia. Hal inilah yang kemudian seni dan budaya masyarakat lokal diangkat kembali oleh Media. Media cukup bahkan terlampau bangga untuk menghidangkan tayangan yang berbau lokalitas. Disinilah letaknya jatidiri bangsa Indonesia, bangga dan mengakomodasi nilai lokal untuk dipentaskan ke pasar internasional. Kini, tidak sedikit perusahaan media yang mengangkat tentang nilai lokalitas tersebut, baik pemikiran, seni, kuliner, daerah terpencil, olah raga, tembang, serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat tradisional. Kita pun lebih mengenal kekayaan nilai lokal dari media tersebut.
Begitupun, pencak silat, anak bangsa dengan bangga mengangkatnya ke dalam film lebar seperti dalam film 'Merantau' yang menggambarkan tentang seni Pencak Silat sebagai ilmu pertahanan diri dan moral. Kekhasan dari segala macam tradisi inilah yang menjadi salah satu ciri dari jati diri bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H