Mohon tunggu...
Abah Raka
Abah Raka Mohon Tunggu... Buruh - catatan-catatan receh tentang filsafat dan politik

kanal personal: https://abahraka.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunikasi Populer Ki Sunda

7 Juni 2010   13:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:41 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencermati komunikasi ki Sunda tidak bisa ditinjau dari satu aspek, seperti aspek politik dan intelektual belaka. Namun juga harus mampu menohok ke sisi budaya rakyat yang dicirikan dengan popularitas masa kini sebagai bagian dari komunikasi ki Sunda.

Namun berbeda dalam pandangan pengamat budaya Sunda Asep Salahudin dalam beberapa tulisannya tentang “Komunikasi Sunda ‘Heurin ku Letah” yang dimuat Kompas Jabar dan dimuat kembali oleh blog onlin sunangungdjati.com serta tulisan “Dipati Ukur Sebagai Tolak Ukur” yang dimuat Kompas edisi Sabtu, 3 April 2010. Dalam tulisan tersebut Asep menegaskan bahwa orang Sunda kiwari cenderung berkomunikasi secara heurin ku letah.

Menurutnya bahwa sikap heurin ku letah merupakan komunikasi naif sehingga tidak perlu dipertahankan. Sikap tersebut merupakan komunikasi inferior yang semakin menyebabkan seseorang (suku) kian terpuruk, tidak memiliki daya tawar yang tinggi. Dalam tulisannya tersebut juga Asep menyatakan bahwa komunikasi heurin ku letah menjadi kepribadian orang Sunda saat ini.

Begitupun dalam tulisan tentang ‘Dipati Ukur sebagai Tolak Ukur’ ia mengatakan bahwa komunikasi ki Sunda masa kini heurin ku letah sehingga sebagai cerminan manusia yang terjajah nilai dan budaya baru yang sama sekali tidak menggambarkan watak asli manusia Sunda. Asep mencitrakan manusia ki Sunda Kiwari sebagai kurung batokeun, heurin ku letah, bengkung ngariung bongkok ngaronyok, pakia-kia, paaing-aing, yang menggambarkan manusia Sunda itu kehilangan sikap dan sifat yang positif (Kompas, Sabtu 27 Juni 2009).

Dalam tulisan “Komunikasi Sunda Heurin Ku Letah” tersebut Asep menegaskan bahwa tidak ada tokoh-tokoh politik yang mampu mencapai posisi puncak, begitupun tidak ada penulis-penulis yang beretnis Sunda karyanya diterbitkan oleh penerbit berkelas di negerinya sendiri.

Komunikasi Populer

Komunikasi Populer dalam pengertian disini dapat dimaknai sebagai pesan-pesan yang secara populer muncul melalui media massa dimana gagasan dan sikapnya disebarkan secara massal melalui media massa. Sehingga sikap dan sifat komunikator populer tersebut jauh kesan dari komunikasi heurin ku letah.

Mencermati beberapa tulisannya tersebut, barangkali Kang Asep lupa bahwa terdapat ruang dimana Ki Sunda hidup bukan hanya dalam dunia politik dan intelektualisme akademis belaka sehingga komunikasi di ukur dari sejauh mana mereka menempati jabatan strategis atau apakah karya mereka diterbitkan oleh penerbit berkelas di negerinya sendiri? Seperti dikatakan oleh kang Asep. Ruang tersebut adalah ruang populer hiburan atau melalui komunikasi populer. Dalam ruang populer tentu saja kita tidak bisa menafikan bahwa tidak sedikit entertainer Sunda menghiasi layar televisi seperti dalam jagat musik atau komedi termasuk juga tokoh-tokoh yang dipopulerkan oleh media karena keberaniannya dan kecerdasanya seperti Dai, politikus, akademisi, profesional dan lain sebagainya. Seperi Dai Aa Gym yang pernah akan diundang oleh Presiden Amerika George Bush Jr., artis-arti Sunda yang menghiasi layar kaca, pebulutangkis Taufik Hidayat dan lain-lain.

Menyaksikan kecerdasan Retorika Aa Gym, ketangkasan Taufik Hidayat, atau kecerdasan bermusik artis Sunda dalam melahirkan karya-karya populer menunjukan bahwa mereka tidak heurin ku letah. Gagasan mereka selalu dibagi dan disebarkan, tidak hanya disemaikan di tatar Pasundan tapi lebih mendunia lagi. Di samping itu tidak sedikit para artisyang bersikap kritis terhadap kondisi sosial ataupun politik seperti Bimbo atau Harry Rusli (alm). Tentu saja yang telah disebut hanya sebagian kecil komunikator Sunda yang terbuka dan tidak heurin ku letah.

Ki Sunda menyebar

Menurut Ajip Rosidi seperti ditulisnya dalam ‘Apa dan Siapa Orang Sunda’ banyak tokoh-tokoh populer yang tentu tidak hanya berkecimpung dalam dunia hiburan belaka ia juga berkecimpung dalam dunia politik idealis, akademis, presenter kawakan, budayawan, ekonom, Bankir dan masih banyak lagi dimana posisi mereka tidak berada pada posisi nomer dua seperti dikatakan oleh Kang Asep yang melihat dari sisi politik praktis. Kang Asep mengatakan bahwa karir politik orang Sunda hanya pada level Sekretaris Jenderal dan belum menjadi pucuk pimpinan parpol (Komunikasi Sunda Heurin Ku Letah). Padalah jika kita klasifikasikan kepemimpinan ki Sunda tersebut sangat menyebar tidak hanya dalam jagat hiburan belaka seperti yang kita kenal belakangan tetapi juga dalam dalam ranah Akademis ada Jalaluddin Rakhmat dan Deddy Mulyana dimana buku-bukunya diterbitkan oleh penerbit berkelas, Der Sos a Gumilar Rusliwa Sumantri Rektor UI. Dari Kalangan Aktifis ada Teten Masduki, Ully Sigar Rusadi. Dari kalangan atlet ada Taufik Hidaya dan Ricky Subagja yang pada masa jayanya selalu membuat Indonesia bangga. Diflomat nomor satu yang berposisi sebagai orang nomor satu di departemen Luar Negeri berturut-turut dari Sunda Hassan Wirayuda dan Marty Natalegawa. Politikus nomor satu dari di DPD-RI Ginanjar Kartasasmita, Calon Presiden (walaupun tidak jadi) Yuddy Crisnandy dan masih ada beberapa seperti yang berkedudukan sebagai orang nomor satu pada departemen tertentu seperti Anton Apriantono, Rachmat Witoelar, Wimar Witoelar, Mochtar Kusumaatmadja, Paskah Suzeta, Agum Gumelar, bahkan DKI Jakarta pernah dipimpin oleh orang Sunda; Ali Sadikin. Dari Kalangan Sastrawan ada Ramadhan KH, Acep Zamzam Noor, Ajip Rosidi. Dari kalangan Profesional ada orang nomor satu di Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah, Mocktar Kusumaatmadja, Taufiquraham Ruqi yang pernah menjadi orang nomor satu di KPK. Atau orang yang sangat lantang dan berani seperti (alm) AM Saefudin. Jika disebutkan satu persatu tentu saja bukan tempatnya disini apalagi jika menyebutkan 200 artis ibu kota yang sebagian besar artis nasional.

Citra Ki Sunda Kiwari

Mencermati citra diri ki Sunda, setelah melihat bahwa sebetulnya banyak tkoh-tokoh Sunda yang menempati posisi serta prestasi nomor satu dalam berbagai ranah kehidupan tentu tidak bisa mencitrakan Ki Sunda sebagai komunikator heurin ku letah seperti digambarkan dalam pencitraan Kang Asep. Seperti disebutkan beberapa orang yang mewakili di atas maka citra ki Sunda adalah yang tergambar dalam sosok-sosok tersebut; Akademisi Jalaluddin Rakhmat seorang Filsuf sekaligus Sufi, Taufiqurahman Ruqi yang gede wawanen dan bersih, Taufik Hidayat yang memiliki prestasi, AM Saefudin yang lantang serta artis yang memiliki kabisa dan peduli terhadap lingkungan sosialnya.

(Kompas Jabar Edisi 05 Juni 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun