Persepsi Postmodern
Pandangan Posmodern jika dikaji sekilas seolah tampak menghalalkan segala cara sehingga cenderung bebas nilai, namun seperti dikatakan Derrida, dalam metodenya mengatakan bahwa ia hanya membuat kemungkinan bahwa terdapat kritik dalam sebuah institusi tetapi bukan berarti ingin menghancurkan institusi itu sendiri, ia ingin memperbaikinya dengan cinta. Postmodernisme ingin membuka berbagai penafsiran baru atas kekakuan yang diciptakan oleh paham modern. Dalam pandangan kaum postmodern , tidak ada yang hadir secara total di depan kita, apa adanya semua disaring melalui penafsiran, sekarang dan yang belum (hal.120). Kaum postmodern memiliki kesadaran bahwa kita dipengaruhi oleh zaman kita, karenanya kaum Postmodern tidak percaya bahwa ada kebenaran murniyang terentang sepanjang abad (hal.122). Dalam kosmologi misalnya kebenaran abad pertengahan menyatakan bahwa pusat alam raya adalah Geosentrik Ptolomy, kemudian muncul kebenaran baru dari penelitian Copernicus yang kemudian diperkuat oleh Galileo bahwa pusat alam raya adalah Heliocentris,. Pandangan ini serta radikal mematahkan kebenaran yang telah digariskan oleh Gereja dan Iman dan kini muncul kebenaran baru pada abad baru bahwa pusat alam raya bukan Geosentris atau Heliosentris tetapi Blackhole.
Oleh karena itu postmodernisme menghindari pembicaraan mengenai yang mutlak, sains bukan merupakan kebenaran murni yang seluruhnya objektif, seperti yang ia katakan tentang dirinya, dan pengamatan empiris mungkin hanya mampu membuktikan dan menaggapi realitas. Kaena segala sesuatu merupakan energy yang bergerak.
Kemutlakan Allah
Bagi kebanyakan orang di Dania barat, membicarakan Allah berarti ide kekanak-kanakan dan mitologis tentang orang tua di langit dengan jenggot dan jubah putih. Luce Irigaray, seorang posmodernis perempuan menginginkan bahwa Allah memiliki ciri-ciri keperempuanan, ia mencari kelahiran Allah yang baru yang belum terbentuk dan menolak yang lama , Bapak patriark, sebagai dasar dari metafisika Barat. Namun tentu saja pembicaraan yang ilahi melampaui kepala makhluk yang dapat mati. Ia selalu transenden: melampaui dan melewati batas. Mengatakan bahwa kita tidak dapat membayangkan atau merumuskan sesuatu yang mutlak bukan berarti Bahwa tidak ada sesuatu "di luar sana".
Banyak orang merasa ketakutan dengan postmodernisme karena melepaskan semua pusat dan stabilitas, dan itu semua tujuan, iman dan nilai. Postmodern menolak narasi-narasi besar dan mengangkat lokalitas. Namun dibalik itu semua ada kebutuhan untuk mendamaikan masa lalu dengan masa sekarang, dan untuk bebas bergerak melampaui. Ada yang mengatakan bahwa kita memasuki "kawasan biru" yang berarti kepekaan terhadap spiritualitas dan perasaan yang menjadi ciri khas abad 21. Postmodern tidak berbicara seputar reltivisme total dan radikal, seperti yang sering ditakutkan. Karena Ide mengenai stabilitas dan kedalaman, iman dan harapan tidak mudah dihilangkan dari kesadaran manusia.
Kredo Postmodern
Postmodernisme memiliki kredo dalam mengejawantahkan pilsafatnya. Ia selalu terbuka terhadap kehidupan, terbuka terhadap ide, terbuka terhadap cinta, terbuka terhadap kehadiran yang lain. Postmodern sangat menghargai anugrah. Kehidupan yang mengalir melalui kita adalah anugerah. Postmodern juga sangat toleran terhadap orang lain dan pandangan mereka. Ia bebas untuk tidak setuju, namun bukan berarti tidak memberi tempat terhadap mereka. Ia mencegah sistem doktriner dan ideologis karena dianggap mencederai. Kemoderatan Postmodernisme berada dalam pandangan bahwa apa yang menurut pikiran kita ada memiliki kemungkinan tidak selalu benar. Janganlah coba menangkap alam semesta dengan pikiran kita karena sama seperti seorang anak yang berpikir dapat mengisikan air laut ke dalam sebuah ember, selalu ada yang lain.
Gerakan Postmodern selalu curiga terhadap factor kekuasaan, sehingga apabila diterjang oleh factor itu kita harus berani mengeluarkan alat dekonstruksi kita; lihatlah hal besar itu berantakan seperti Meccano yang tidak disekrup; temukan ketergelincirannya. Tetapi lakukan itu dengan cinta karena cinta lebih dahulu ada dari bahasa dan semua sistem kepercayaan. Bahkan kita bebas melakukannya termasuk melakukannya atas nama Allah, rasakan misteri Allah berembus di dalamnya, kita akan merasakan besarnya makna yang ada di dalamnya. Namun tentu saja itu semua harus dilakukan dengan menyertakan etika, karena kehidupan bukannya bebas untuk semuanya secara acak namun demi mengenali diri kita. Pandanglah ke dalam jiwa kita, tempat rahasiamu, carilah terang di dalamnya lalu sambungkan. Demikian buku ini ditutup penulisnya
Buku Kevin O'Donnel ini walaupun ada beberapa tema yang cukup berat untuk dipahami, namun cukup komprehensif untuk memahami apa itu Postmodern dari mulai sejarahnya, Filsafat, budaya, seni, bahasa, sosial, politik, psikologi, gender dan terutama kredo yang ada di dalamnya. Bagi pemula dan pembaca umum, buku ini tidak akan menjenuhkan karena setiap halaman selalu dibubuhi dengan ilustrasi gambar menarik kecuali isinya yang barangkali harus didalami secara seksama agar tidak terlepas dari realitas keseharian pembaca dan kemungkinan ada materi yang tidak akan dimengerti karena barangkali sama sekali baru bagi pembacanya.
Buku berjudul Postmodernisme ini diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Kanisius Yogyakarta tahun 2009 dengan ketebalan 164 menggunakan kertas lux seperti majalah-majalah ekslusif.