Mohon tunggu...
Dudi Ridwandi
Dudi Ridwandi Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Mahasiswa, dan Administrasi

Sederhana, ndeso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen l Markotop dan Kemetak (Karma Polisi 2)

20 September 2019   09:35 Diperbarui: 20 September 2019   10:19 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada sebuah kisah mengenai polisi yang sakit tak kunjung sembuh hingga ajal menjemputnya. Di masa itu gegerlah warga memperbincangkan polisi tersebut. Ada yang merasa iba dan ada yang nyokorke nasib polisi tersebut.

Awal kejadian tersebut yang banyak diperbincangkan warga adalah dulu ada seseorang yang melewati jalan dengan mengendarai sepeda motor bututnya ditilang oleh polisi tersebut. Dan pagi harinya polisi tersebut badannya menggigil dan terasa sakit serta tidak dapat berdiri. 

Dengan keadaan sakit yang mendadak tersebut istrinya panik dan segera dibawanya ke rumah sakit. Setelah di cek dirumah sakit ternyata tidak ada penyakitnya. Dokter mendiagnosa sehat-sehat saja, mungkin kecapekan dan dokter tersebut menyarankan untuk istirahat dirumah.

Hari berganti hari, minggu berganti bulan tetap saja polisi tersebut tak kunjung sembuh dari sakitnya. Bahkan sampai bertahun-tahun dia hanya dikamar tidur. Dokter keluarga pun diundang kerumah untuk mengecek kesehatan, tetapi hasilnya nihil. 

Badan polisi tersebut semakin kurus hingga tinggal kulit dan tulang, karena mulutnya untuk makan saja susah. Hari-harinya hanya untuk meratapi nasibnya dengan menangis. Apa yang salah dengan diriku, pikirnya.

Akhirnya istri polisi tersebut mendatangi orang pintar. Dia berfikir mungkin saja suaminya diguna-guna oleh temannya atau orang lain. Setelah bertemu dengan orang pintar tersebut dia bertanya tentang apa yang dialami suaminya dan hasilnya adalah bahwa suaminya tersebut tidak diguna-guna orang lain.

Rasa gelisah bercampur kalut menghantui istri polisi tersebut. Segala pengobatan sudah dilakukan, dari medis sampai mistis, tetapi hasilnya tetap nihil. Tetangganya ada yang iba, dan sekedar memberi saran agar dibawa ke tempat ustadz. Mungkin saja ustadz itu bisa memberikan solusi, syukur-syukur bisa mengobati apa yang dialami suaminya.

Akhirnya dibawalah suaminya ke rumah seorang ustadz dan menceritakan keadaan suaminya yang bertahun-tahun hanya di kamar tidur tidak dan bisa apa-apa. Ustadz tersebut mencoba bertanya sebelum sakit begitu, apa yang dilakukan suaminya. Istrinya pun tidak tahu, lalu ditanyalah polisi tersebut dan polisi pun tidak tahu, persisnya lupa apa yang telah dilakukan sebelum mengalami sakit.

Dengan mata batinnya ustadz tersebut bercerita kepada keduanya, bahwa yang dilakukan suaminya itu adalah sesuatu yang fatal. Yaitu telah membuat seseorang sakit hati dan solusinya adalah agar minta maaf kepada seseorang tersebut. Keduanya tambah bingung dan menanyakan siapa orang yang sakit hati tersebut?. 

Ustadz pun tidak tahu orang tersebut, yang tahu hanyalah suaminya. Istrinya tambah menangis sejadi-jadinya dan bertanya kepada suaminya, siapa yang telah dibuat sakit hati olehnya. Suaminya tidak tahu dan tidak ingat siapa orangnya.

Sakit polisi semakin parah dan disaat-saat terakhirnya dia mulai ingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Dia pernah menilang orang miskin yang mengendarai motor butut bersama istri dan kedua anaknya, dengan meminta uang 150 ribu karena telah melanggar peraturan, yaitu naik motor berempat dengan anak-anaknya, kedua anaknya tidak memakai helm, tidak membawa surat-surat kendaraan. 

Lalu polisi tersebut segera menyuruh istrinya agar mencari orang yang pernah ditilangnya untuk dimintakan maafnya. Setelah mencari dan bertanya kesana kemari tidak ketemu dan  istrinya pasrah. Akhirnya polisi itu meninggal sebelum meminta maaf. Tragis.

" Mar, apa benar polisi itu sakit akibat pernah membuat sakit hati orang?" kata Kemetak.

" Mungkin saja Tak, mungkin saja orang yang ditilang tersebut disaat ketilang dia cuma punya uang yang pas-pasan dan untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan uang pas-pasan itu juga dia berharap supaya istri dan kedua anaknya tidak telantar " jawab Markotop.

" Tapi kan, sebagai polisi dia cuma menjalankan tugas saja. Jadi salahnya orang itu tidak mematuhi peraturan" sambung Kemetak.

" Benar Tak, polisi itu menjalankan tugas sesuai aturan. Tapi kan harus punya kebijakan sedikit dong. Orang tersebut memakai motor butut dan pastinya orang susah dengan istri dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil, kasihan sedikit dong. Dan saat menilang orang tersebut itu bukan di jalan protokol atau jalan provinsi, melainkan di jalan desa. Uang pas-pasan yang seharusnya buat kebutuhan itu diambil semuanya. Paling tidak diberi surat tilang agar ikut sidang di pengadilan, jangan uangnya diambil sendiri" tambah Markotop sedikit sewot.

" Kok bisa polisinya langsung sakit, Mar?" Tanya Kemetak lagi.

" Salah satu do'a yang dikabulkan oleh Allah itu do'a orang teraniaya Tak, orang tersebut saya yakin tidak mendo'akan polisi itu jelek. Akan tetapi, agar polisi itu sadar dan diberi peringatan supaya jangan begitu lagi dengan orang kecil. Uang yang seharusnya untuk menafkahi istri, untuk makan anak-anaknya, atau untuk bayar sekolah anaknya harus raib ditangan orang yang korup. Dia menangis sebagai orang miskin dan tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa dilakukan hanyalah meminta keadilan Tuhan" Markotop mencoba menjelaskan lagi.

" Seharusnya polisi itu sadar dan segera minta maaf ya Mar ?" Tanya Kemetak lagi.

" Iya Tak, kalau kita salah sama Tuhan lebih mudah, tinggal kita taubat dan meminta maaf serta tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, selesai. Tetapi, kalau kita salah sama orang, kita harus langsung meminta maaf sama orang tersebut dan tidak boleh diwakilkan" sambung Markotop.

" Tetapi saya masih ragu Mar, kalau polisi itu sakit dan meninggal hanya gara-gara menilang orang " Kemetak masih ragu dengan kejadian itu.

Lalu Markotop pun mengiyakan, " Saya juga ragu Tak, yang jelas dia sakit dan meninggal karena sudah takdirnya, bukan karena saya, Tak?"

" Maksudnya bukan karena saya, apa Mar?" Kemetak kaget.

" Orang yang ditilang dulu itu saya, Tak " jawab Markotop.

Apppaaa ?????????? Kemetak pun pingsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun