Menurut Ibnu Katsir, melalui surat al-Anfal ayat 31-33 ini, Allah Ta'ala memberitahukan kekafiran kaum Quraisy, kecongkakan mereka, kedurhakaannya, keingkarannya, dan pengakuannya yang bathil. Tatkala ayat-ayat ini dibacakan, mereka berkata, 'Kami pernah mendengar hal yang semacam ini. Jika kami mau, niscaya kami sanggup mengungkapkan hal yang sama.'
Dikisahkan bahwa An-Nadhar pergi ke Persia, lalu belajar kepada beberapa juru dongeng kerajaan, diantaranya Rustam dan Isfandiyar. Ketika tiba di Makkah, dia melihat Rasulullah telah diutus Allah. Dia membacakan al-Qur'an kepada manusia. Jika Rasulullah berdakwah disuatu Majlis tempat an-Nadhar Ibnul Harits berada dan menceritakan berita tentang orang terdahulu, maka an-Nadhar berkata, 'Demi Allah, siapakah juru kisah yang paling bagus, aku atau Muhammad?'
Karena itu, tatkala Allah Ta'ala memberikan kekuatan kepada Nabi Saw dalam perang Badardan an-Nadhar tertangkap sebagai tawanan, secara tenang beliau menyuruh untuk memenggal lehernya dihadapannya. Hal itu pun dilakukan. Kepunyaan Allahlah segala puji.
Menurut Ibnu Jarir, orang yang berhasil menawan an-Nadhar adalah al-Miqdad ibnul-Aswad r.a.
Ibnu Jarir berkata bahwa pada perang Badar, Nabi saw menginstruksikan untuk membunuh Uqbah bin Abni Mu'ith, Sha'imah bin Adi, dan An-Nadhar ibnul-Harits dengan kesadaran. Al-Miqdad menawan An-Nadhar tatkala dia diinstruksikan agar dibunuh.
Ibnu Katsir berkata bahwa sehubungan dengan an-Nadhar inilah, diturunkan firman Allah berikut ini.[2]
Terjemah, al-anfal: 31, al-Furqon: 5, al-Anfal: 32.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H