Mohon tunggu...
Dudin Samsudin
Dudin Samsudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/IAILM Suryalaya

Manusia yang sedang belajar menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tokoh-tokoh Kafir yang dikisahkan dalam Al-Qur'an (Bagian 1)

2 Desember 2024   09:30 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:15 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilaahi anta maqsuudi waridlooka mathluubi a'thini mahabbataka wama'rifataka.

Al-Qur'an merupakan kitab suci yang didalamnya terdapat macam-macam permasalahan serta pemecahannya. Bahkan Al-qur'an sebagai "petunjuk bagi umat manusia.. ".

Dari 6.236 ayat yang terdapat dalam Kalaamullah tersebut, sebagian berisi tentang studi tokoh. Baik itu tokoh-tokoh pembela Islam dan juga tokoh-tokoh yang terkenal sangat membenci agama Allah ini. Adapun, munculnya para tokoh tersebut menurut tafsiran para ulama, baik itu tokoh yang namanya tersurat ataupun yang tersirat.

Pada tulisan  ini saya akan menguraikan beberapa orang tokoh, yang namanya diabadikan dalam al-Qur'anul Kariim. Tokoh-tokoh yang saya tulis merupakan tokoh yang hidup pada zaman Rasulullah Saw. Semoga menjadi I'tibar bagi kita yang membacanya. Amiin.

Diantara tokoh-tokoh yang akan dibahas pada tulisan bagian 1 ini ialah: Abdullah bin Ubay, Abu Lahab bin Abdul Muthalib, Abu Thalib bin Abdul Muthalib:

1. Abdullah bin Ubay

"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan." , (al-Munafiqun 1-2)

Sejumlah mufassir dan ahli hadits sepakat bahwa surat al-Munafikuun ayat 1-2 diturunkan berkenaan dengan Abdullah bin Ubay, dedengkot kaum munafik.

Ketika Rasulullah saw. memerangi  Banil-Mushthaliq, beliau singgah di salah satu sumur milik mereka yang dikenal dengan sumur al-Muraisi'. Orang-orang pun bergegas menuju sumur. Saat itu, Umar bin Khatab ditemani seseorang dari Bani Ghifar yang bernama Jahjah bin Mas'ud yang diupah untuk menuntun kuda Umar. Jahjah dan Sinan bin Wabar , teman Ibnu Aun bin al-Kharzraj berebutan mengambil air. Keduanya baku bunuh. Aj-Juhni berteriak, "Hai kaum Anshar!" dan Jahjah berteriak, "Hai kaum Muhajirin"

Abdullah bin Ubay pun marah. Saat itu dia bersama sekelompok pengikutnya, diantaranya Zaid bin Arqam, seorang anak muda. Dia berkata "apakah mereka telah membunuhnya? Mereka telah mengalahkan golongan dan jumlah kami di negeri kami sendiri. Demi Allah, apa yang kita sediakan untuk orang-orang Quraisy hanyalah sepeti kata para orang tua, 'Kamu memberi  makan anjingmu hingga gemuk, lalu ia menggigitmu! Demi Allah, jika kami kembali ke Madinah, niscaya kaum yang mulia akan mengusir kaum yang hina dari sana.'"

 Dia menghampiri kaumnya yang ada disana lalu berkata "inikah yang telah mereka lakukan terhadap dirimu, padahal kamu membolehkan mereka tinggal di negerimu dan berbagai harta kekayaan dengan mereka. Demi Allah jika kamu menahan milikmu, niscaya mereka beralih ke negeri lain."

Begitu Zaid bin Arqam mendengar Abdullah bin Ubay berkata demikian, dia langsung menemui Rasulullah saw. Kasus ini terjadi setelah beliau menyelesaikan urusan dengan musuhnya. Zaid menyampaikan ucapan Ubay kepada Nabi saw. yang saat itu tengah bersama Umar bin Khatab. Umar berkata, "Suruhlah Abad bin Basyar membunuhnya"

Rasulullah bersabda "Hai Umar, bagaimana nanti kalau orang membicarakan bahwa Muhammad telah membunuh temannya sendiri"? " Jangan!"

Rasulullah memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan.

Begitu memperoleh kabar bahwa Zaid melaporkan perkataan itu, Abdullah bin Ubay datang kepada Rasulullah dan berkata "Aku tidak mengatakan dan mengucapkan hal itu"

Ubay adalah seorang terpandang dan terhormat dikalangan kaumnya, lalu para sahabat  Nabi dari kalangan Anshar yang tengah berada di dekatnya berkata, "Hai Rasulullah , mungkin anak itu hanya berilusi dan tidak menangkap apa yang dikatakan oleh Abdullah bin Ubay karena terlampau sayang kepadanya dan ingin membelanya."

Ibnu Ishak berkata bahwa setelah Rasulullah  saw. juga berangkat secara terpisah dari rombongan. Usaid bin Khidir menemuinya. Setalah menyampaikan salam kenabian dia berkata, "Hai Nabi Allah,, demi Allah engkau dapat beristirahat meskipun dalam suasana yang tidak menyenangkan, padahal sebelumnya engkau tidak pernah melakukannya"

Rasulullah beersabda "apakah kamu tidak mendengar perkataan temanmu?"

 "Teman yang mana ya Rasul?" tanya Usaid

 "Abdullah bin Ubay"

 "Apa yang telah dikatakannya?"

 "dia mengatakan bahwa apabila telah tiba di Madinah maka orang terpandang akan mengusir orang hina"

 Usaid berkata "Engkaulah , Hai Rasulullah. Demi Allah, engkaulah yang akan mengusirnya jika engkau mau. Dialah yang hina dan engkaulah yang mulia". Usaid melanjutkan "Hai Rasulullah, kasihanilah dia. Demi Allah dia telah mengirimmu. Semula kaum Ubay telah merangkai batu sapir supaya dikenakannya sebagai mahkota. Jadi dia berpandangan bahwa engkau telah merampas kerajaannya."

Kemudian diturunkanlah surat yang menceritakan Ubay dan kaum munafik serta orang-orang yang seperti mereka. Setalah ayat ini turun, Rasulullah saw memegang telinga Zaid bin Arqam seraya bersabda "orang inilah yang Allah telah menyempurnakan penjelasan melalui telinganya". (HR. Tirmidzi)

2. Abu Lahab bin Abdul Muthalib 

"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal" . Qs. Al-Lahab: 1-5

Nama alengkapnya ialah Abdul Uzza bin Abdul Muthalib. Dia sering juga dipanggil Abu Utbah. Dan dia dinamai Abu Lahab, karena wajahnya bercahaya. Keluarganya suka meamanggil Abu Lahab, karena kilauan dan ketampanan wajahnya. Allah mencegah niat mereka untuk memanggil Abu Nur. Allah melancarkan lidah mereka untuk memanggilnya dengan Abu Lahab 'bapak kilauan cahaya api'.

Kata Lahab ini hanya digunakan untuk, menunjukan sesuatu yang buruk dan tidak disukai, yaitu api neraka. Kemudian Allah menjadikan hal  itu sebagai kenyataan dengan menjadikan neraka sebagai tempat tinggalnya.

 Ibnu Abbas r.a berkata: "ketika diturunkan ayat, ''Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat ' , Rasulullah pergi lalu naik ke Bukit Shafa. Dia berseru, 'Hai orang-orang yang menikmati pagi!'"

 Lalu orang-orang berdatangan mengelilinya. Nabi bersabda "Hai saudaraku, Bagaimana menurut pendapat kalian jika aku memberitahukan kepada kalian bahwa seekor kuda muncul dari kaki bukit ini, apakah kalian akan mempercayaiku?"

Mereka menjawab 'kami tidak pernah didustai olehmu'

Beliau melanjutkan, 'aku memperingatkan kepada kalian bahwa dihadapanku ada azab yang besar.

Abu Lahab berkata, 'celakalah kamu ! apakah kamu mengumpulkan kami hanya untuk ini?'

Abu Lahab beranjak pergi. Kemudian turunlah ayat 'Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah dia.' (al-Lahab : 1)

Ketika istrinya mendengar bahwa ada ayat al-Qur'an yang diturunkan berkenaan dengan suaminya, dia menemui Rasulullah saw. Saat itu beliau tengah duduk di mesjid dekat Ka'bah bersama Abu Bakar. Dia membawa batu. Setelah dekat, Allah merampas penglihatannya sehingga tidak dapat melihat Rasulullah saw, dan hanya melihat Abu Bakar.

Dia berkata ,'hai Abu Bakar, aku menerima kabar bahwa temanmu telah mengejekku. Demi Allah jika aku menjumpainya, niscaya kulempar mulutnya dengan batu  ini.'

Dia pun berlalu. Abu Bakar berkata, 'Hai Rasulullah apakah dia tidak melihatmu?' beliau menjawab 'dia tidak melihatku. Allah membuat matanya tidak dapat melihatku'.

Kaum Quraisy suka memanggil Muhammad sebagai pencela. Mereka mencacinya. Beliau bersabda 'setelah Allah melindungiku dari gangguan kaum Quraisy, bukankah mengherankan apabila mereka masih mencaci dan mengejekku dengan menyebutku sebagai pencela, padahal namaku Muhammad.?'

Ketika ada utusan yang datang menemui Rasulullah, Abu Lahab selalu berkata 'sesungguhnya dia adalah pendusta dan tukang sihir'. Merekapun pulang dan tidak menemui beliau.

Pada kesempatan lain, datang pula sebuah utusan. Abu Lahab melakukan tindakan seperti yang dilakukaknya kepada utusan pertama. Namun mereka berkata 'Kami tidak akan pulang sebelum melihat dan mendengar perkataannya'.

Abu Lahab berkata kepada mereka, 'sesungguhnya kami senantiasa mengobatinya . mampus dan celakalah dia.'

Rasulullah menerima kabar tentang ucapan Abu Lahab, dan beliau berduka. Lalu Allah menurunkan ayat  'Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah dia.' (al-Lahab : 1)


3. Abu Thalib bin Abdul Muthalib

"Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah Karena suatu janji yang Telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat Lembut hatinya lagi Penyantun." . Qs. At-taubah: 113-114

Abu Thalib bin Abdul Muthalib ialah paman Rasulullah saw. yang  menanggung kehidupan beliau setelah Abdul Muthalib wafat. Abu Thalib merupakan 'tameng' bagi Rasulullah saw. yang  melindungi beliau dari kaum kafir, sehingga tidak ada seorangpun diantara mereka yang menyakitinya. Abu Thalib sangat begitu menyayangi Rasulullah. Namun, ternyata sampai ajalnya tiba, Abu Thalib tidak pernah mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan gerbang memasuki agama Islam.

Diriwayatkan dari Sa'id ibnul-Musayyab, dari ayahnya yang berkata, "tatkala menjelang ajalnya Abu Thalib, Nabi saw menjenguknya. Disana ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah.

Nabi bersabda :' hai paman, ucapkanlah 'tiada tuhan melainkan Allah' bersama-sama aku. Ia merupakan kalimat yang akan aku gunakan untuk membelamu di sisi Allah'.

Abu Jahal dan Ibnu Abi Umayah berkata ' Hai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muthalaib?'

Kedua orang ini mengatakan itu secara terus-menerus sehingga ucapan Abu Thalib yang terakhir dilontarkannya ialah 'Dalam agama Abdul Muthalib'.

Nabi saw. bersabda , 'sungguh, aku akan memintakan ampun untukmu selama tidak dilarang.'

Maka turunlah firman Allah Ta'ala :

"tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang beriman untuk memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyriki, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kerabatnya sendiri, sudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu merupakan penghuni neraka Jahannam". At-taubah 113

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun