Teori Hierarki Kebutuhan Maslow pada tingkatan kedua dan ketiga; kebutuhan rasa aman dan kasih sayang yang menjadi dasar kebutuhan setiap manusia dirasakan perlu diwujudkan sebagai suatu kewajiban yang harus terpenuhi (Maslow, A. H. (July 1943). "A theory of human motivation"). Kebutuhan ini dimulai, sudah sejak manusia lahir dan tumbuh dilingkungannya, orang tua memiliki kewajiban yang tidak bisa digubris untuk memenuhi perihal ini sebagai sebuah tantangan. Kedua tingkatan hierarki Mashlow ini, dihadirkan di tempat utama, dimana anak dan orang tua berteduh yang paling aman dan nyaman, yaitu rumah tinggal.
Bagan 1. Hierarki Kebutuhan Maslow
Kedua orang tua yang bekerja, keduanya sebagian besar memiliki kegundahan hati dan juga perasaan yang terombang-ambing ketika akan meninggalkan anak di rumah. Kedua kebutuhan itu adalah "stage" awal yang perlu dipikirkan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan anak. Pilihannya adalah menggantikan peran orang tua untuk sementara ketika bekerja "beberapa jam". Kuncinya adalah kepercayaan akan rasa aman, baik kepada "pengasuh anak" di rumah maupun jasa "penitipan atau daycare". Tahun 2000-an, internet provider masih amat sangat langka di Indonesia, jaringannya tidak semua bisa mendapatkan kemudahan jangkauan untuk dapat mengaksesnya di rumah. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyambut revolusi industri digital dengan fokus meratakan akses telekomunikasi di seluruh Indonesia sebagai jargon utamanya dalam pemerataan internet yang merata hingga keperbatasan terluar Indonesia (https://www.kominfo.go.id/content/detail/14308/kemenkominfo-fokuskan-pemerataan-internet/0/sorotan_media).
Tahun 2015, Internet Provider besutan Telkom Indonesia, IndiHome, hadir di Jabodetabek, beruntungnya rumah dan lingkungan tempat tinggal termasuk perumahan berkonsep "cyber city", prioritas akses internet ditawarkan di setiap rumah. Kemudahan itu berawal dari sini, sebagai pasangan suami istri yang bekerja dan memiliki dua orang anak berumur lima tahun dan tiga tahun saat itu, hal ini menjadi kebutuhan wajib bagi kami untuk menyediakan internet di rumah. Pemenuhan tingkatan kedua dan ketiga dalam hierarki Maslow, mulai kami bangun dan penuhi perlahan dengan adanya internet, teknologi, dan dukungan lingkungan perumahan. Berikut langkah yang saya bangun dalam memenuhi rasa aman nan ceria membersamai anak di rumah dengan adanya internet sebagai langkah awal, bagian ini dipisahkan dalam dua kubu besar sebagai berikut:
Tingkatan kedua Hierarki Maslow "Safety" (Kebutuhan akan rasa aman)
*Lihat (Bagan 1)
1. CCTV dan Internet
Rentang usia anak-anak kebutuhan akan rasa aman porsinya jauh lebih besar untuk mereka merasa dan berada di tempat yang tepat, yaitu rumah. Rasa aman secara fisik dan emosional merupakan bentuk mutlak untuk menciptakan kewaspadaan anak yang semakin tumbuh terbentuk seiring mereka beranjak bertambah usia, mereka akan memiliki kewaspadaan yang makin besar akan sekitar. Tak bisa dipungkiri, awal pembelajaraan kewaspadaan ini dibentuk di rumah. Oleh sebab itu kebutuhan akan internet menjadi mutlak bagi kami sebagai orang tua untuk menghadirkan rasa aman di rumah dengan "menciptakan pengawasan terpadu" dengan penggunaan CCTV berbasis teknologi yang didukung dengan koneksi internet yang mumpuni kestabilannya 24 jam. Pengawasan akan rumah dapat terpantau 24 jam meskipun orang tua dan anak terpisah jaraknya untuk beberapa jam. Koneksi ini menghadirkan pengawasan penuh akan rasa aman di era digital yang semakin maju di Indonesia.
Pos satpam dengan akses masuk satu pintu dengan "gate control" sebagai "access control" orang luar atau bukan penghuni dan dipantau CCTV keamanan cluster 24 jam, ini menjadi salah satu bentuk pemenuhan rasa aman untuk anak dan orang tua terhadap kepercayaan pada lingkungan yang aman di rumah. Hal ini tak akan terjadi tanpa bantuan teknologi, internet, petugas keamanan dan komunitas penghuni yang saling mendukung. Sejatinya rasa aman tumbuh karena adanya komunitas yang saling menjaga. Teknologi dan internet melengkapinya. Di rumah pun, CCTV aktif 24 jam berkat adanya akses internet yang terpasang sejak 2015. Di era sekarang, rasa aman ini tercipta terutama untuk anak dan orang tua untuk saling mencapai kebutuhan dalam rasa aman.
Â
2. Remote Working (Bekerja jarak jauh)
Tahun 2018, kegalauan atau baby blues sebagai Ibu dengan dua orang anak masih menyelimuti hati nurani saya, antara tetap bekerja dengan merasa membuang-buang waktu dengan kemacetan kota Jakarta yang aduhai...bikin pusing kepala dengan membawa kendaraan pribadi yang sungguh super capek tenaga beserta pikiran atau pilihan naek kendaraan umum yang harus lebih pagi berangkatnya. Dua-duanya bikin saya galau sebagai orang tua, dukungan suami pun terus menyemangati saya. Kabar baik itu pun datang, akhir agustus di tahun yang sama, pilihan kesempatan itu datang, saya mendapatkan kesempatan bekerja untuk "full remote working", artinya saya bisa bekerja dari rumah. Dengan bekerja di rumah namun tetap terkoneksi dari kantor Jakarta-batam-singapura, via skype kala itu dengan saya tetap bisa bekerja dari rumah tanpa harus ke kantor. Vice-Verca, antara doa dan tetap terus berkarya dalam pekerjaan yang saya geluti terjawab sudah di tahun itu. Alhamdulillah gembira luar biasa saya, suami dan kedua anak kami. Kebetulan saya sejak menikah tahun 2009, berkomitmen untuk tidak memiliki ART (asisten rumah tangga) yang tinggal di rumah.
Sejak anak pertama saya lahir setelah masa cuti habis, saya menitipkan buah hati saya di sebuah daycare yang saya percaya kala itu ketika saya dan suami bekerja. Buah hati kedua lahir tahun 2013, saya memiliki tetangga yang sepasang suami-istri (Anak kami memanggil kakek-nenek) yang telah bekerja dan mendukung serta menjaga keberlangsungan anter-jemput sekolah dan aktivitas les anak-anak serta kerapihan rumah tangga kami. Saya amat sangat percaya kepada beliau selama hampir 7 tahun mereka bekerja di rumah kami.
Tahun 2020, dunia mengalami pandemi Covid-19, saat itu saya di Tokyo, jepang selama 20 hari. Setelah saya tiba di Jakarta pada februari 2020, atas keputusan bersama, kakek-nenek yang bekerja selama 7 tahun dengan keluarga kami, demi keselamatan dan kesehatan semua, mereka berhenti. Saya tetap bekerja di rumah dan menjaga kedua anak kami yang "full online learning school 100%" , termasuk suami bekerja "100% work from home".
Â
Saya yang sejak 2018 sudah terbiasa "remote working" dengan dukungan jaringan internet yang memadai di rumah, sudah lebih piawai melakukan pekerjaan dengan ritme atau pace yang sudah terlatih. Semua aktivitas selama pandemi dengan dukungan dan kerjasama antara suami dan kedua anak. Alhamdulillah hingga hari ini kami berempat termasuk yang sehat dan tetap berproduktivitas dapat melewati krisis pandemi covid-19 dengan selamat. Semua pekerjaan saya dan suami, tugas kedua anak dapat ter-delivery dengan akses internet yang ada di rumah.
Semuanya berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Saya dan suami terus mendampingi kedua anak untuk tetap patuh pada jadwal dan tugas sekolah selama mereka di rumah meskipun dengan mekanisme baru dalam sekolah yaitu "online learning school". Komunikasi antara anak kami, guru dan orang tua tetap terkoneksi dengan baik dengan adanya internet yang stabil. Berawal dari pandemi ini, hubungan saya dan suami sebagai orang tua dengan kedua anaknya semakin kompak. Saling memahami dan mendukung untuk menjaga kestabilan kehidupan berkeluarga.
Tingkatan ketiga Hierarki Maslow "Love/Belonging" (Kebutuhan akan kasih sayang)
*Lihat (Bagan 1)
Saat pandemi Covid-19, banyak sekali berkahnya untuk keluarga kami, saya jadi belajar melihat perkembangan kedua buah hati kami, mendengar celotehannya serta keinginannya, keluh-kesahnya terhadap pandemi, rasa takutnya akan semua hal yang begitu cepat terjadi di dunia. Kami mengajarkan banyak hal tentang berbagi.
Setiap beberapa hari sekali untuk memenuhi kebutuhan harian akan makanan dan kebutuhan sehari-hari, saya dan suami, harus rela untuk mengajarkan kedua anak untuk tetap di rumah saat itu demi menghindari mereka khususnya anak-anak dari paparan penyebaran Virus Covid 19. Kedua anak kami pun mematuhi dan belajar bersama apa yang saya ajarkan beberapa hal tentang dasar-dasar untuk dipahami di rumah saat pandemi, berikut tips dan trik yang saya ajarkan dan latih (cosplay). Semoga berguna jika kedua orang tuanya tidak berada di rumah:
1. Belajar menyalakan kompor (ada CCTV di Dapur yang mengarah ke Kompor)
Â
                               Â- Hal pertama yang saya ajarkan kepada kedua anak, terutama "anak pertama saya yang saat itu umur 10 tahun" adalah cara menyalakan kompor. Setiap saya masak pagi atau setelah anak tiba pada jam istirahat pada saat online school. Gunanya adalah nanti ketika dia beranjak besar, hal ini bisa dia gunakan untuk basic skill sebagai individu untuk memasak, terlebih ketika orang tuanya tidak berada di rumah.
2. Memasukan kunci rumah ke dalam lubangnya, memutar, melepas ataupun membuka
  (ada CCTV di rak TV yang mengarah ke pintu utama)
- Hal ini kepiawaian wajib dasar yang setiap manusia harus punya, yaitu memasukan dan membuka kunci rumah pintu utama. Bahkan kedua anak saya, kesulitan memutar kunci rumah, voila...setelah 10 hari latihan atau cosplay, mereka bisa membuka pintu rumah, dan jangan lupa mencabut kunci rumah kembali untuk dimasukan lagi ke pintu, ketika sudah di dalam rumah. Susah-susah gampang ternyata. Most basic skill, Voila!
3. Menyeduh teh, susu, dan menuang air ke termos digital
  (ada CCTV yang mengarah ke area termos digital dan dispenser)
- Pelajaran yang juga saya ajarkan ke anak seperti pengetahuan kebutuhan dasar manusia adalah makanan, api, tempat berteduh dan air. Jadi jangan lupa untuk membuat minuman kesukaannya. Maka, penggunaan termos digital sudah saya ajarkan kepada kedua anak kami, cara menuangkan air dan menyalakan mode fungsi untuk menyalakannya. Edebrasss.....mereka bisa! Karena hanya 3 hari manusia bisa bertahan tanpa air dan ini sudah saya pesankan ke mereka untuk selalu minum air yang cukup dan tak berlebih.
4. Jika ada paket datang dari kurir
 (ada CCTV di garasi hingga pintu pagar rumah)
- Jika paket datang, siapapun itu tanpa pemberitahuan dari kami, anak tidak diijinkan keluar pintu utama rumah apalagi membukakan pintu untuk orang yang tidak dikenal. Tempat atau wadah untuk kurir menaruh paket atau melemparkan paket ke keranjang sudah tersedia. Tanpa perlu dari salah satu atau kedua anak untuk mengambil paket tersebut. Kedua anak sudah paham akan hal ini, bahwa orang asing dilarang masuk melewati ke pintu pagar rumah sekalipun.
Kebutuhan akan rasa aman kedua anak kami sudah terpenuhi dengan baik dimana rumah yang aman dan nyaman hadir dan dirasakan oleh kami semua. Pandemi mengajarkan kami untuk memperkuat rasa saling percaya, hadirnya kasih sayang yang haqiqi dan tulus adalah buah kehidupan yang nilainya sungguh amat sangat berharga. Semoga tingkatan akan rasa aman dan kasih sayang menjadi tangki yang penuh dalam kehidupan kita semua, semoga kebutuhan akan tingkatan selanjutnya dalam "hierarki Maslow" dapat terpenuhi dengan lengkap dan utuh.Â
Dengan adanya internet provider yang memadai dari IndiHome, prestasi dari kedua anak kami pun bertubi-tubi datang. Prestasi kerja suami di lintas regional office pun selama pandemi tak kalah menakjubkan, begitupun saya sebagai seorang ibu dan istri tetap sama-sama bisa berkarya dan berprestasi tanpa meninggalkan tanggung jawab akan pekerjaan dan kewajiban merawat dan menjaga anggota keluarga kami. Berkat internet stabil dari IndiHome, semua bisa berkarya tanpa batas dengan jaringan internet, rumah bisa menjadi tempat paling mengasyikan untuk terus berkarya untuk semua insan Indonesia. Aman dan Ceria membersamai anak di rumah dengan Internet bisa tereleasisasikan bagi semua orang tua. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H